KOMPAS.com - Yuanita Maulidia (19), penderita obesitas asal Desa Grinting, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, meninggal dunia karena serangan jantung, Rabu (3/7/2019).
Serangan jantung memang selama ini dituding menjadi salah satu komplikasi mematikan dari obesitas atau kegemukan. Namun, bagaimana obesitas bisa menyebabkan kematian tiba-tiba?
"Obesitas itu cenderung kemungkinan kolestrolnya tinggi karena sumber lemaknya banyak," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Universitas Indonesia dr. Dian Zamroni, Sp.JP(K) saat ditemui di Depok, Kamis (4/7/2019).
Selain kemungkinan kolestrol tinggi, diabetes atau hipertensi juga bisa menjadi faktor obesitas yang menyebabkan serangan jantung. Ketiga sindrom metabolik itu bisa merusak pembuluh darah.
Baca juga: Dada Panas, Sakit Apa? Jantung, Cedera Otot, atau Asam Lambung?
"Terutama pada orang yang obesitas, dia juga malah jarang bergerak, olahraga. Akibatnya saling sinergis jadi bertambah lagi. Kalau tidak gerak (dan) kadar lemak tinggi di pembuluh darah bisa menyebabkan sumbatan," ujar Dian.
Sumbatan ini bisa lari ke otak dan berbuah stroke. Namun, bisa juga sumbatan itu lari ke jantung.
Ibarat pipa air, jika terlalu banyak kotoran yang menyangkut, saluran air akan tersumbat. Begitu pula pembuluh darah. "Kotoran" yang terlalu banyak dalam darah akan menyumbat pembuluh.
Padahal, sama halnya dengan semua otot tubuh, jantung memerlukan oksigen dan zat gizi dari darah agar bisa tetap berfungsi.
Jantung mempunyai arteri sendiri yang disebut arteri koroner. Pembuluh darah khusus ini merupakan percabangan dari aorta yang berasal dari jantung.
Baca juga: Cara Mudah dan Murah Ukur Kesehatan Jantung, Lakukan Push-up
Arteri koroner kanan (right coronary artery) memasok darah ke bagian bawah dan belakang jantung, sedangkan arteri koroner kiri (left main) memasok bagian atas, depan, dan samping kiri serta daerah belakang jantung.
Gangguan jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah disebut penyakit jantung koroner atau penyakit arteri koroner alias penyakit jantung iskemik. Nama lainnya adalah aterosklerosis koroner.
Semua nama itu menunjuk pada satu pengertian: kelebihan lemak yang menyebabkan pembuluh darah sekitar jantung secara bertahap menyempit dan mengeras sehingga jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen.
Hal ini bisa terjadi kepada siapa saja, kendati perempuan yang relatif lebih aman dari serangan jantung dibanding laki-laki.
"Padahal, perempuan itu risikonya rendah. Saya pikir tidak ada gangguan pada sistem hormonalnya tapi ada faktor risiko obesitas," kata Dian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.