Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Masih Kekurangan Ruang Terbuka Hijau, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 27/06/2019, 20:04 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jakarta merupakan kawasan yang memiliki luasan daerah sangat besar, yang menyediakan wadah bagi segala aktivitas ekonomi tiap warganya. Kondisi ini didukung oleh beragam infrastruktur yang telah tersedia atau tengah dibangun untuk menopang aktivitas ini.

Namun, jika kita memandang Jakarta dari ketinggian, akan sangat tampak adanya kontras antara gedung perkantoran yang tinggi menjulang dengan lahan hijau yang berada di celah-jelah jalanan besar dan gedung-gedung tinggi tersebut.

Lantas, apakah ruang hijau di Jakarta saat ini sudah cukup? Atau justru sangat jauh dari kelayakan yang dibutuhkan?

Menurut WRI Indonesia, keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta masih belum memadai.

Baca juga: Alasan Kita yang Tinggal di Kota Juga Harus Peduli Hutan

“Saat ini baru sekitar 14,9 persen dari ruang terbuka di Jakarta merupakan Ruang Terbuka Hijau,” ujar Dean Yulindra Affandi, Koordinator Sains dan Penelitian WRI Indonesia, saat ditemui di Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Angka ini merupakan suatu peningkatan bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, luas Ruang Terbuka Hijau ini masih belum cukup untuk mengimbangi luasan total Jakarta.

“Jakarta butuh setidaknya 30 persen dari areal perkotaan untuk mampu menyerap udara yang berpolusi dan memegang fungsi penyerapan air, juga sebagai penyedia tempat rekreasi bagi warga,” lanjut Dean.

Namun, bukan hanya ruang hijau saja yang dapat mengurangi polusi Jakarta. Pepohonan yang menaungi koridor pejalan kaki juga sebenarnya dapat berkontribusi dalam penyerapan gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, dan melepas oksigen yang dapat menyegarkan atmosfer Jakarta.

Baca juga: Memaknai Kelestarian Hutan dari Perspektif Berbagai Agama di Indonesia

Untuk itu, perlu dilakukan studi khusus untuk mencari tahu dan menentukan jenis pepohonan apa saja yang cocok untuk ditanam dan lokasi mana yang baik untuk menjadi media tumbuhnya.

Dean memberikan contoh bahwa pohon mangga sanggup menyerap sekitar 445 kilogram gas karbon dioksida per tahunnya, sedangkan durian "hanya" mampu menyerap sekitar 220 kilogram gas CO2 setiap tahun.

Hal ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah, pembuat kebijakan dan tata kota untuk dapat mengurangi tingkat polusi di Jakarta yang kian hari semakin parah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau