Oleh Iris Grunwald
TROMBEKTOMI adalah perawatan stroke revolusioner di mana gumpalan yang menyumbat dihisap keluar dari otak pasien. Saya melakukan prosedur trombektomi pertama pada 2006, tapi pengalaman tersebut sangat berkesan, seolah-olah baru terjadi kemarin.
Ketika itu saya bekerja sebagai dokter junior di laboratorium kateter (“cathlab”) di Rumah Sakit Universitas Saarland di Jerman. Saya menerima telepon dari Profesor Klaus Fassbender, kepala departemen neurologi, yang mengatakan bahwa seorang prajurit berusia 42 tahun baru saja dirawat, dia menderita stroke parah.
“Dia tidak bisa berbicara atau menggerakkan lengan atau kaki kanannya,” kata Fassbender.
Tentara itu yang juga seorang pelari maraton yang penuh semangat pingsan di rumah. Istrinya kemudian membawa dia ke rumah sakit tempat dia diberikan obat pemecah gumpalan darah, rtPA(recombinant tissue plasminogen activator). Meskipun obat ini diberikan pada jam kritis setelah dimulainya stroke, obat tersebut tidak manjur.
“Apakah kamu punya perangkat baru itu, vacuum cleaner untuk otak?” Fassbender bertanya. “Bisakah kau menyelamatkannya dengan perangkat itu?”
“Aku tidak yakin. Belum pernah dicoba di Eropa. Ia bahkan belum mendapat tanda CE," kataku, merujuk pada Conformité Européenne, persetujuan yang diperlukan perangkat medis sebelum mereka dapat digunakan di Uni Eropa. "Tapi kita akan lihat apakah kita bisa mendaftarkannya di percobaan dan mencobanya.”
“Sempurna. Kami akan membawa pasien ke cathlab,” kata Fassbender. “Dan, omong-omong, Anda harus berbicara bahasa Inggris kepada istrinya. Dia orang Amerika.” Bagus, tepat yang saya butuhkan, pikirku secara ironis. Saya pernah mendengar bahwa orang Amerika lebih mungkin untuk menuntut dokter mereka jika perawatan tidak sesuai rencana.
Beberapa menit kemudian, istri prajurit itu menemui saya. Dia ingin tahu apakah perangkat yang kami usulkan untuk mengeluarkan gumpalan dari otak suaminya telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Saya mengatakan kepadanya bahwa ini bahkan tidak ditandai logo CE. Itu adalah bagian dari percobaan yang saya ikuti. Tapi saya katakan dia bisa berbicara dengan penemu perangkat untuk meminta nasihat, sementara kami lanjut melakukan prosedur.
Dia setuju.
Kala itu kami membuat sayatan kecil di dekat pangkal paha pasien dan memasukkan kateter di sepanjang aorta, lalu ke dalam arteri karotis di lehernya. Kemudian kami memperkenalkan kateter isap (“vacuum cleaner”), yang dimasukkan ke dalam kateter yang lebih besar.
Dengan bantuan kawat pemandu, kami memindahkan kateter isap ke dalam otak hingga berada di depan trombus (gumpalan darah) yang menghalangi arteri serebri tengah, pembuluh darah besar di otak.
Pada awalnya, kami cemas karena kami tidak tahu apakah mungkin kami mampu untuk menavigasi kateter sebesar ini ke arteri serebral. Tapi akhirnya kami ada di sana, di depan trombus.
Semua orang di ruangan itu menyilangkan jari mengharapkan keberuntungan. Kami menekan tombol untuk menghidupkan perangkat isap. Pada awalnya, tidak ada yang terjadi. Lalu tiba-tiba gumpalan itu ditarik ke dalam tabung dan kemudian darah mulai masuk.
Kami tahu kami telah membuka sesuatu, jadi kami menyuntikkan zat pewarna kontras ke dalam pembuluh darah melalui kateter untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik dari fluoroskopi (penggambaran medis yang menunjukkan gambar sinar-X terus menerus pada monitor). Semuanya jelas. Kami pun tidak bisa mempercayainya.
Kami masih berkonsentrasi pada gambar-gambar fluoroskopi yang menakjubkan sampai akhirnya kami terganggu oleh pasien; dia melambaikan tangan, menanyakan apakah kita sudah selesai.
Pasien yang hampir mati satu menit yang lalu, kemudian menit berikutnya pulih sepenuhnya tanpa gejala apa pun. Kami tidak percaya seberapa cepat perubahan itu terjadi. Kami sangat gembira.
Kami melakukan prosedur pada Selasa. Pasien keluar sendiri pada Kamis, bertentangan dengan keinginan para dokter, dan ia lanjut menyelesaikan lari maraton pada Sabtu.
Jenis stroke iskemik, yakni pembuluh darah utama tersumbat oleh gumpalan, menghasilkan keadaan vegetatif atau kematian sekitar 60% penderitanya. Bagi yang beruntung, pemulihan akan lambat, sulit, dan parsial. Tapi sekarang kami memiliki senjata baru yang kuat di gudang senjata kami: trombektomi.
Saat ini, sekitar 10.200 trombektomi dilakukan di AS, 7.500 di Jerman, dan 3.500 di Prancis. Tapi di Inggris hanya 600 trombektomi yang dilakukan setiap tahun.
Sekitar 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke setiap tahun dan 5,8 juta orang meninggal karena masalah ini. Ini adalah salah satu penyebab kecacatan terbesar di dunia.
Ada dua jenis utama dari stroke: stroke hemoragik, ada perdarahan di otak, dan stroke iskemik, arteri yang memasok darah ke otak menjadi tersumbat dan menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak.
Sekitar 80% dari stroke adalah stroke iskemik. Sampai beberapa tahun yang lalu, satu-satunya pengobatan untuk stroke iskemik adalah trombolisis. Di sini obat penghilang gumpalan dikirim ke lokasi stroke melalui kateter dalam upaya untuk melarutkan trombus. Namun, trombolisis cenderung hanya bekerja untuk gumpalan yang lebih kecil.
Blausen Medical Communications/Wikimedia Commons, CC BY
Trombektomi lebih efektif untuk mengobati gumpalan yang lebih besar.
Jika seseorang memiliki gumpalan di otak, kita tidak tahu apakah itu gumpalan putih dari plak aterosklerotik di pembuluh darah atau gumpalan merah dari jantung. Anda tidak pernah bisa menyentuh gumpalan atau melihat apa itu, tapi dengan trombektomi, sekarang Anda bisa mencapainya.
Gumpalan pada pasien pertama kami, seorang tentara Amerika, berwarna kuning mengkilap. Kami mengirim trombus seukuran kacang polong ke departemen histologi, yang kemudian menegaskan bahwa itu adalah lemak murni.