Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Stres Bisa Menyebabkan Stroke? Dokter Jelaskan

Kompas.com - 12/10/2018, 17:09 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Waspadai stres yang Anda alami, karena bisa berbuah menjadi stroke. Banyak yang menganggap bahwa stres tidak dapat menyebabkan stroke. Kebanyakan bahkan menghubungkan stres dengan penyakit mental.

Namun, ternyata stres juga dapat menyebabkan stroke yang berujung pada kematian. Ironisnya, dikatakan dr. Sahat Aritonang, Sp.S, M.Si, Med, FINS, dokter spesialis saraf dari RS Pondok Indah, kebanyakan dari mereka yang mengalami stroke akibat stres berusia produktif.

“Banyak dari manajer-manajer yang darah tinggi akibat stres tapi tidak berobat, setiap hari pesan junk food. Jadi, intinya kembali ke pola hidup. Dia tidak aware dengan faktor risikonya,” ujar Sahat dalam diskusi tentang stroke yang dilakukan, Kamis (11/10/2018), di Jakarta.

Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis, baik fokal maupun global, yang berlangsung lebih dari 24 jam. Biasanya, ini disebabkan oleh adanya penyumbatan atau kebocoran pembuluh darah di otak.

Baca juga: Stroke Ringan Menyerang Segala Usia, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Otak, meskipun berada di kepala, juga menjadi mesin penggerak bagi anggota tubuh lain. Ketika salah satu pembuluh darah di otak tersumbat atau pecah, maka sistem alirannya tidak akan sempurna dan berpengaruh pada sistem gerak anggota tubuh lain.

Sahat menjabarkan, ketika kita mengalami stres, maka tubuh akan menghasilkan hormon-hormon stres yang dapat meningkatkan kecepatan gerak aliran darah dan membuat pembuluh darah meregang dan menjadi ringkih, terutama yang ada di otak.

“Ketika pembuluh darah tersumbat, maka darah tidak bisa menyalurkan makanan ke wilayah yang seharusnya dituju. Akhirnya, daerah tersebut akan mati. Kalau pecah, dia akan membanjiri daerah sekitarnya dan darah itu ketika berada di dalam pembuluh darah, dia bagus, tapi ketika di luar, dia berubah menjadi racun,” jelas Sahat.

Baca juga: Para Ibu, Menyusui Bisa Turunkan Risiko Stroke di Usia Senja

Kabar baiknya, menurut Sahat, hanya 12 persen kasus stroke yang disebabkan pecahnya pembuluh darah, dan 86 persen stroke akibat penyumbatan. Kabar buruknya, jika pembuluh darah pecah, risiko kematiannya akan lebih tinggi.

Namun demikian, Sahat tidak menyarankan Anda untuk menghindari stres. Dia justru menyarankan untuk mengelola rasa stres tersebut.

“Karena dalam pekerjaan, stres tidak bisa dihindari, tapi bisa kita kelola. Dengan pola hidup yang baik, dan tidak berlarut-larut memikirkan sebuah masalah, mencari jalan keluar bisa kelola stres kita,” jelasnya.

Stroke memang menjadi penyakit yang perlu diperhatikan. Dua per tiga dari penderita stroke mengalami kecacatan selamanya, dan sepertiga di antaranya mengalami kesulitan dalam berbicara, meski sudah disembuhkan.

Ini menjadi penting bagi Anda yang merupakan tulang punggung keluarga. Sebab, ketika Anda mengalami stroke, keluarga juga ikut mengalami kerugian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau