Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut Ahli, Kampanye Calon Istri Idaman Versi BKKBN Kuno, Kenapa?

Kompas.com - 27/05/2019, 15:39 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Menjadi istri idaman tentu diimpikan semua perempuan. Namun bagaimana jika syarat menjadi calon istri idaman justru menjadi bahan nyinyir para netizen di sosial media? Bagaimana hal ini dilihat dari kacamata ahli?

Viralnya kampanye calon istri idaman versi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat banyak kalangan berbagi pendapat, tak terkecuali Rizqy Amelia Zein, asisten dosen Social and Personality Psychology dari Universitas Airlangga.

"Kampanye BKKBN ini sudah ramai dari kemarin ya, patriarki. Ini mungkin yang versi calon suami belum diposting ya, saya penasaran juga lihat versi calon suaminya," ujar perempuan yang akrab disapa Amel itu kepada Kompas.com, Senin (27/5/2019).

Baca juga: BKKBN Bikin Kriteria Calon Istri Idaman, Netizen Twitter Nyinyir

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Halo #SobatBKKBN! Sudah menjadi kodrat alam jika semua perempuan menjadi seorang istri kelak yang akan memegang peranan penting dalam sebuah keluarga. Walaupun terlihat biasa saja ternyata peranan tersebut memiliki kesulitan tersendiri lho. Tapi tenang aja Sob, kalau kita punya beberapa hal di atas itu, mungkin berarti kita layak disebut sebagai calon istri idaman para kaum Adam. Selamat! #HariLansia #Ramadhan #HariKeluarga #Harganas2019 #YukKumpulBersamaKeluarga #GerakanKembaliKeMejaMakan #KalauTerencanaSemuaLebihMuda

A post shared by BKKBN (@bkkbnofficial) on May 25, 2019 at 6:22am PDT

Ketika Amel melihat kampanye calon istri idaman versi BKKBN, menurutnya sejumlah "syarat" yang ditulis BKKBN cukup menarik.

Bukan hanya poin "kalau aku telah mampu menerimamu apa adanya", tapi poin yang lain juga mengisyaratkan sesuatu yang masih sangat kuno.

"Menurut saya, ini sih pembagian tugas domestik yang masih tradisional banget. Masa nunggu sampai si cewek bisa masak makanan favorit si cowok? Kalau di rumah saya, masaknya gantian sama suami," ujar Amel tervawa.

"Ini sih kuno dan enggak cocok banget sama generasi sekarang. Cara generasi kita mengelola rumah tangga sudah beda sama orang-orang dulu. Kalau sekarang komitmen rumah tangga dibangun melalui pondasi tanggung jawab bersama," imbuh dia menerangkan.

Mengingat suami istri merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri, Amel berpendapat kampanye seperti ini lebih baik tidak dipisah antara versi perempuan dan laki-laki agar tidak merugikan salah satu pihak.

Sebaliknya, rumah tangga sebagai kontrak sosial harus dilihat sebagai kesepakatan bersama, bukan sebelah pihak seperti dalam infografis BKKBN.

Baca juga: 1 dari 5 Pasangan Menikah Jalani Hubungan Penuh Tekanan

"Kalau dipisah seperti ini, pasti jatuhnya tuntutan lebih banyak ke perempuan dari pada laki-laki, jadilah patriarki," ujar Amel.

Amel berharap BKKBN segera merilis calon suami idaman ideal. Dia mengaku penasaran, apakah akan lebih menekankan konsep patriarki atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau