Viralnya kampanye calon istri idaman versi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat banyak kalangan berbagi pendapat, tak terkecuali Rizqy Amelia Zein, asisten dosen Social and Personality Psychology dari Universitas Airlangga.
"Kampanye BKKBN ini sudah ramai dari kemarin ya, patriarki. Ini mungkin yang versi calon suami belum diposting ya, saya penasaran juga lihat versi calon suaminya," ujar perempuan yang akrab disapa Amel itu kepada Kompas.com, Senin (27/5/2019).
Bukan hanya poin "kalau aku telah mampu menerimamu apa adanya", tapi poin yang lain juga mengisyaratkan sesuatu yang masih sangat kuno.
"Menurut saya, ini sih pembagian tugas domestik yang masih tradisional banget. Masa nunggu sampai si cewek bisa masak makanan favorit si cowok? Kalau di rumah saya, masaknya gantian sama suami," ujar Amel tervawa.
"Ini sih kuno dan enggak cocok banget sama generasi sekarang. Cara generasi kita mengelola rumah tangga sudah beda sama orang-orang dulu. Kalau sekarang komitmen rumah tangga dibangun melalui pondasi tanggung jawab bersama," imbuh dia menerangkan.
Mengingat suami istri merupakan satu kesatuan yang tidak bisa berdiri sendiri, Amel berpendapat kampanye seperti ini lebih baik tidak dipisah antara versi perempuan dan laki-laki agar tidak merugikan salah satu pihak.
Sebaliknya, rumah tangga sebagai kontrak sosial harus dilihat sebagai kesepakatan bersama, bukan sebelah pihak seperti dalam infografis BKKBN.
"Kalau dipisah seperti ini, pasti jatuhnya tuntutan lebih banyak ke perempuan dari pada laki-laki, jadilah patriarki," ujar Amel.
Amel berharap BKKBN segera merilis calon suami idaman ideal. Dia mengaku penasaran, apakah akan lebih menekankan konsep patriarki atau tidak.
https://sains.kompas.com/read/2019/05/27/153900823/menurut-ahli-kampanye-calon-istri-idaman-versi-bkkbn-kuno-kenapa-