Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi "Biofouling", Pelajar Indonesia Raih Penghargaan Internasional

Kompas.com - 23/05/2019, 03:55 WIB
Julio Subagio,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Sebelumnya, sebagian besar cat antifouling menggunakan senyawa tributyltin (TBT). Namun, senyawa ini beracun dan dapat membahayakan populasi kerang dan moluska lainnya. Temuan ekstrak daun mangrove yang ramah lingkungan ini diharapkan bisa menjadi solusi atas permasalahan tersebut.

“Saya berharap semoga capaian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, terutama orang-orang yang bergerak di bidang lingkungan dan industri cat kapal. Penelitian ini kiranya dapat menunjukkan solusi alternatif yang ramah lingkungan untuk memecahkan masalah biofouling ini,” ungkap Dera.

Baca juga: Pelajar Indonesia Jadi Juara di Kompetisi Internasional Intel ISEF 2019

Penghargaan dan penyempurnaan

Penelitian ini membuat kedua pelajar SMA Negeri 3 Denpasar tersebut meraih penghargaan 4th Grand Award Intel ISEF 2019 yang diselenggarakan di Phoenix, Arizona, untuk kategori Earth and Environmental: Life Sciences.

Karya ilmiah mereka berjudul Potential Identification and Application of the Rhizophora apiculata and Sonneratia alba as Bio Antifouling Agent for Antifoulant Paints.

Meski demikian, Dera mengatakan bahwa masih ada banyak hal yang perlu diperbaiki dan disempurnakan untuk meningkatkan efektifitas formula ini.

“Banyak yang perlu diperbaiki dan dilakukan agar bio antifouling ini efektif dan siap dipasarkan. Metode pengekstraksiannya, misalnya, dapat dimodifikasi dengan pelarut atau cara berbeda,“ jelasnya.

Dia melanjutkan, kita masih perlu mengidentifikasi senyawa yang paling berperan dalam antifouling dan cara memperolehnya, sehingga nantinya senyawa lain dapat dibuang agar tidak tercampur dalam cat.

Sementara itu, untuk pemasaran dan penggunaannya secara umum, diperlukan pengujian lapangan lebih lanjut untuk mengetahui performa cat dalam jangka panjang.

“Agar siap dipasarkan, kita masih perlu menguji daya tahan cat ini, seberapa lama senyawa aktifnya dapat berfungsi pada kapal, dan pengujian ini memerlukan waktu yang panjang, sekitar 2 sampai 5 tahunan,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com