KOMPAS.com - Bulan Ramadhan segera tiba. Agar ibadah puasa berjalan lancar, Anda yang punya masalah gula darah atau diabetes mellitus perlu melakukan sejumlah ritual medis.
Dalam wawancara pada Sabtu (27/6/2019), ahli penyakit dalam yang banyak meneliti diabetes dan ibadah puasa Saud M Al Sifri mengungkap, ada 5 hal yang perlu dilakukan oleh penderita gula darah sebelum puasa.
Ke Dokter, Analisis Risiko
Saud dari melakukan riset di Al Hadar Military Hospital, Taif, Arab Saudi mengungkapkan, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengkategorikan risiko.
Dengan mengunjungi dokter, penderita bisa menganalisis sejarah penyakit dengan melihat riwayat komplikasi, pengalaman berpuasa pada periode sebelumnya, pengobatan, dan riwayat hipoglikemia.
Pasien yang punya riwayat hipoglikemia - gula darah sangat rendah sebagai dampak dari perawatan insulin atau sejenis - terutama dalam 3 bulan terakhir, menurut Saud, tidak perlu puasa.
Hal yang sama juga berlaku bagi penderita diabetes yang mengalami penyakit ginjal kronis fase 4 dan 5, sedang hamil, punya pekerjaan yang melibatkan aktifitas fisik tinggi, dan penderita diabetes tipe 1.
"Mereka berisiko sangat tinggi dan tinggi mengalami hipoglikemia. Tidak perlu puasa. Tidak perlu khawatir karena Islam itu sangat fleksibel," katanya.
Baca juga: Diabetes Juga Bisa Terjadi pada Anak, Kenali Gejalanya Sejak Dini
Monitor Gula Darah
Saat ke dokter, penderita diabetes sebaiknya sekaligus memeriksa gula darah. Langkah ini sebaiknya dilakukan 4-6 minggu sebelum bulan Ramadhan dan secara teratur.
Gula darah dikatakan nornal bila rentang jumlahnya adalah 70 - 100 mg/dL dalam pemeriksaan gula darah puasa dan 70 - 140 mg/dL dalam pemeriksaan gula darah 2 jam setelah makan.
Pasien yang pernah mengalami hipoglikemia, gula darah di bawah 70 mg/dL, dianjurkan untuk tidak berpuasa sama sekali sebab risiko hipoglikemia terulang tinggi.
Hipoglikemia memangh cepat teratasi dengan minum atau makan makanan yang bergula. Namun, satu kali kasus hipoglikemia bisa memicu masalah jantung yang mungkin muncul beberapa bulan kemudian.
Bagi yang berisiko sangat tinggi dan tinggi, jika tetap ngotot berpuasa, maka pemeriksaan gula darah perlu dilakukan dengan sangat intens beberapa kali sehari.
Indikatornya, jika beberapa jam setelah sahur gula darah di bawah 100 mg/dL, maka pasien sebaiknya tidak puasa. Jika gula darah sudah di bawah 70 mg/dL, pasien sebaiknya segera membatalkan puasa.