KOMPAS.com - Para peneliti menemukan bahwa ketika orang dewasa membacakan cerita untuk batita, percakapan yang muncul dari kegiatan tersebut lebih bermakna ketika cerita-cerita itu dibacakan dari buku cetak daripada dibacakan dari buku elektronik atau e-book.
Hasil percobaan kecil menunjukkan bercerita menggunakan buku elektronik mungkin tidak terlalu bagus untuk perkembangan anak-anak.
Dokter anak merekomendasikan untuk tidak memberikan gawai sama sekali kepada di bawah usia dua tahun. Mereka memperingatkan bahwa tablet, ponsel pintar dan permainan digital dapat menghalangi permainan kreatif dan interaksi dengan pengasuh yang sebenarnya penting untuk pertumbuhan sosial, emosional dan kognitif anak.
Tetapi banyak orang tua, yang mengizinkan anak untuk menonton film kartun atau bermain video game, dan mungkin masih menggunakan buku elektronik untuk membacakan cerita bagi anak-anaknya.
Baca juga: Gemar Membaca, Bill Gates Rekomendasikan 10 Buku Teknologi
Mereka beranggapan bahwa buku eletronik lebih nyaman dibawa daripada harus menjejalkan banyak buku cetak. Banyak orang tua juga percaya bahwa aplikasi bacaan dan buku elektronik dapat memudahkan anak-anak untuk mempelajari alfabet.
"Kita tahu membaca buku bersama adalah kegiatan perkembangan yang luar biasa untuk terlibat dengan anak – tidak hanya dengan memperkenalkan bahasa dan kosa kata, tetapi juga memberikan kesempatan untuk lebih dekat secara fisik dan dapat meningkatkan momen emosional," kata penulis utama dari studi tersebut, Dr. Tiffany Munzer dari Rumah Sakit Anak CS Mott Universitas Michigan di Ann Arbor.
"Orang tua dan balita mengetahui cara bagaimana bisa terlibat melalui buku, tetapi saat tablet juga digunakan, hal itu dapat mengalihkan beberapa manfaat positif dari pengalaman membaca bersama," kata Munzer melalui email.
"Bukan berarti buku elektronik tidak bermanfaat, hanya manfaatnya kurang jika dibandingkan dengan buku cetak," sambungnya.
Untuk penelitian ini, tim Munzer merekam 37 pasangan orang tua dan anak selama sesi membaca yang dilakukan di laboratorium. Orang tua membaca cerita serupa dalam tiga format berbeda: buku cetak, buku elektronik tanpa efek suara bunyi bel atau peluit, dan buku elektronik yang disempurnakan dengan fitur tambahan seperti efek suara atau animasi.
Selama setiap sesi membaca, peneliti mengamati seberapa banyak interaksi, percakapan dan kolaborasi yang terjadi antara orang tua dan anak mereka.
Saat menggunakan buku cetak, orang tua lebih banyak berbicara kepada anak tentang cerita yang dibaca bersama.
Orang tua akan berhenti sejenak untuk melakukan hal-hal seperti bertanya kepada anak-anak apakah mereka mengingat sesuatu yang mereka lakukan yang mirip dengan apa yang terjadi dalam cerita, atau bertanya kepada anak apa yang menurut mereka akan terjadi selanjutnya, kata peneliti dalam laporan yang dirilis di jurnal Pediatrics.
Baca juga: Bisa Membaca Tulisan Typo adalah Bukti Kehebatan Otak Kita
Buku elektronik yang disempurnakan dengan fitur tambahan memicu lebih banyak interaksi daripada buku elektonik tanpa efek suara.
Batita juga lebih banyak berbicara dan mengajukan pertanyaan, berbagi pendapat dan ide mereka terkait cerita ketika orang tua membaca buku cetak.
Buku elektronik dengan fitur tambahan memicu lebih banyak interaksi yang dimulai oleh anak-anak daripada buku elektronik biasa.