Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Beda Obat dan Functional Food Lewat Kasus "Kapsul Daun Kelor"

Kompas.com - 05/04/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber WebMD,ABC

KOMPAS.com - Banyak orang Indonesia memilih meramu "obat" sendiri untuk kesehatan. Salah satunya seorang kakek asal Magetan, Jawa Timur, yang mengaku mendapat khasiat kesehatan dari daun kelor.

Selama lima tahun terakhir, ia meracik daun kelor (Moringa oleifera) dan dikemas sendiri ke dalam kapsul. Proses peracikan sendiri mulai dari pemetikan, pengeringan, penumbukan hingga dimasukkan ke dalam kapsul.

Menurut pengakuannya, setelah rutin mengonsumsi "obat" racikan itu sang kakek merasa lebih sehat.

Sejumlah studi memang mengungkap daun kelor memiliki segudang manfaat untuk kesehatan. Mulai untuk mengobati stres hingga mengatasi diabetes, mencegah peradangan, kanker, penuaan dini, dan bibir pecah-pecah. Meski begitu, daun kelor juga memiliki sisi kelam.

Baca juga: Studi: Nanopartikel Daun Teh Bisa Hancurkan Sel Kanker Paru-paru

Sisi kelam daun kelor

Daun kelor memiliki ciri majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling, beranak daun gasal (imparipinnatus), helai daun saat muda berwarna hijau muda.

Menurut WebMD, tanaman asli daerah sub-Himalaya di India, Pakistan, Bangladesh dan Afganistan ini mungkin aman jika digunakan dengan tepat.

Daun, buah, dan biji mungkin aman dimakan, tapi penting untuk menghindari makan akar dan ekstraknya.

"Bagian tanaman ini mengandung zat beracun yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian," tulis WebMD.

Mereka juga mengimbau, kelor aman dikonsumsi apabila dosis 6 gram setiap hari dalam tiga minggu.

"Belum ada informasi yang cukup apakah daun kelor aman digunakan untuk obat," imbuh WebMD.

Meski begitu, ada peringatan khusus untuk ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan sama sekali mengonsumsi akar, kulit, dan bunga.

Pasalnya, zat kimia dalam bagian itu dapat menyebabkan rahim berkontraksi dan risiko keguguran.

"Tidak ada cukup informasi terkait keamanan bagian lain tanaman kelor saat masa kehamilan. Lebih baik tetap hindari penggunaannya," tulis WebMD.

Sementara tanaman kelor disebut bagus untuk memproduksi ASI, sebenarnya hingga saat ini belum ada informasi dan studi ilmiah yang cukup untuk membenarkan apakah ini aman untuk bayi.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau