KOMPAS.com - 22 Maret diperingati sebagai Hari Air Sedunia (World Water Day). Ini adalah upaya yang dilakukan PBB untuk memberi perhatian lebih akan sulitnya mengakses salah satu sumber kehidupan segala makhluk di Bumi.
Hari Air Sedunia pertama kali diluncurkan pada 1993 dan sejak saat itu PBB ingin memberi akses air yang aman untuk semua negara pada 2030. Ini merupakan salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tahun ini, tema yang diangkat adalah "Leaving No One Behind". Lewat tema ini PBB berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bersama mengatasi masalah individu terpinggirkan yang kesulitan mendapat air bersih.
Individu terpinggirkan yang dimaksud PBB termasuk anak-anak, wanita, pengungsi, masyarakat adat, dan orang difabel. Atau dengan kata lain, mereka yang memiliki kondisi hidup genting dan menderita.
Baca juga: Kekeringan Parah di Australia Menyebar ke Indonesia, Ini Kata BMKG
Melansir Newsweek, Jumat (22/3/2019), PBB menyatakan ada sekitar 2,1 miliar orang yang tidak memiliki akses air bersih di rumah. Dan hampir dua pertiga orang di seluruh dunia memiliki masalah terkait air, setidaknya satu bulan dalam setahun.
PBB menemukan, 80 persen orang yang menggunakan air kurang layak tinggal di pedesaan.
Selain itu, satu dari empat sekolah tidak memiliki air minum di sekolah sehingga membuat mereka mengonsumsi air dari sumber tidak terlindungi atau tidak minum air sama sekali.
"Jika tren ini terus berlanjut diperkirakan 700 juta orang di seluruh dunia harus meninggalkan rumah pada 2030 karena tidak mendapat akses ke air," terang PBB.
Rusell Arnott, Peneliti Pascasarjana di Phytoplankton Dynamics di Pusat Penelitian Air dan Inovasi Universitas Bath mengatakan, Hari Air Sedunia juga bisa dijadikan momentum untuk mengingat bahwa air tidak hanya untuk minum.
Dia menunjukkan bahwa satu dari tiga orang di dunia tidak memiliki akses sanitasi yang layak.
"Tidak mengherankan bahwa air dimasukkan ke Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB yang baru. Air jernih untuk semua pada 2030," kata Arnott.
Melihat pemanasan global yang terjadi saat ini, Arnott memperingatkan akan semakin sulit memprediksi alam.
"Prediksi musim kering, hujan, banjir, dan kekeringan jadi semakin sulit," imbuhnya.
Baca juga: Batu Tua Berusia Ratusan Tahun Beri Pesan Soal Kekeringan di Eropa
Arnott menyarankan Hari Air Sedunia harus dijadikan kesempatan bagus untuk memikirkan sumber utama kehidupan, tak lain air.
"Air sering kita anggap remeh, karena kita masih bisa menyalakan keran dan minum air bersih yang segar. Tapi bagaimana dengan saudara kita di tempat lain?" tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.