Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Udara Bunuh Lebih Banyak Orang Dibanding Merokok

Kompas.com - 14/03/2019, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Bukan rahasia lagi polusi udara mengganggu banyak orang, bahkan menyebabkan kematian. Tapi, siapa sangka polusi udara bertanggung jawab atas lebih banyak kematian dibanding merokok.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, jumlah orang yang meninggal akibat polusi udara dapat melebihi total orang yang terbunuh akibat rokok.

Para peneliti dari Jerman tersebut memperkirakan bahwa sebanyak 8,8 juta kematian per tahun dikaitkan dengan udara kotor.

Menurut perkiraan mereka, di Eropa ada lebih dari 790.000 kematian tambahan sebagai akibat polusi udara. Angka ini bahkan dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya, yang tidak memperhitungkan dengan tepat tingkat tambahan penyakit kardiovaskular.

Baca juga: China Mengklaim Tingkat Polusi Udara Menurun pada 2018

"Untuk menempatkan ini ke dalam perspektif, ini berarti bahwa polusi udara menyebabkan lebih banyak kematian tambahan setahun daripada merokok tembakau, yang diperkirakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertanggung jawab atas 7,2 juta kematian tambahan pada tahun 2015," kata Profesor Thomas Munzel, salah satu dari penulis penelitian ini.

"Merokok bisa dihindari tetapi polusi udara tidak," sambung peneliti dari University Medical Center Mainz itu dikutip dari The Independent, Rabu (13/03/2019).

Partikel-partikel jelaga dan nitrogen oksida yang dipompa keluar oleh knalpot mobil, pabrik dan pembangkit listrik dapat membentuk campuran yang merusak. Partikel-partikel itu secara signifikan meningkatkan tingkat serangan jantung, stroke, dan serangan asma yang parah.

Saat ini, pihak berwenang di seluruh dunia tengah mencari cara untuk menghapuskan mobil diesel di kota-kota besar. Pasalnya, sebuah penelitian sebelumnya menunjukkan mesin berbahan bakar solar itu adalah produsen utama partikel "PM2.5" mikroskopis.

Artinya, polusi mesin diesel dapat membuat udara mengandung logam berat dan bahan kimia bahan bakar lainnya yang bersarang di paru-paru dan memasuki aliran darah.

Studi yang dipublikasikan dalam European Heart Journal ini menggunakan simulasi komputer tentang interaksi bahan kimia alami dan buatan manusia. Simulasi itu kemudian dikombinasikan dengan informasi baru tentang kepadatan populasi, faktor risiko penyakit, dan penyebab kematian.

Sebagai informasi, polusi udara diperkirakan telah menyebabkan 64.000 kematian di Inggris pada 2015, termasuk 17.000 kasus fatal penyakit jantung dan arteri.

Lebih dari 29.000 kematian Inggris lainnya juga terkait dengan polusi udara disebabkan oleh berbagai kondisi seperti kanker, diabetes dan penyakit paru-paru kronis.

Ini berarti pengurangan harapan hidup rata-rata sekitar 1,5 tahun di Inggris. Namun angka ini masih jauh lebih rendah dibanding beberapa negara Eropa lainnya.

Baca juga: 50 Persen Kematian Akibat Polusi Udara Disebabkan Mesin Diesel

Rekan penulis Profesor Jos Lelieveld, dari Max-Planck Institute for Chemistry di Mainz, mengatakan, "Tingginya jumlah kematian ekstra yang disebabkan oleh polusi udara di Eropa dijelaskan oleh kombinasi kualitas udara yang buruk dan populasi yang padat, yang mengarah pada paparan itu adalah yang tertinggi di dunia."

Di Jerman, polusi udara dikatakan bertanggung jawab atas 124.000 kematian tambahan pada 2015 dan 2,4 tahun harapan hidup yang hilang. Diperkirakan 81.000 orang terbunuh oleh polusi udara di Italia.

Mereka meminta Uni Eropa untuk mengadopsi batas keselamatan yang lebih ketat untuk PM2.5 yang ditetapkan oleh WHO. Apalagi kini tingkat polusi udara di Eropa dua kali lipat tingkat aman yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia itu.

"Banyak negara lain, seperti Kanada, AS dan Australia, menggunakan pedoman WHO," kata Profesor Munzel.

"Uni Eropa tertinggal jauh dalam hal ini," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com