KOMPAS.com - Gunung es berukuran dua setengah kali luas DKI Jakarta bersiap melepaskan diri dari Brunt Ice Shelf di Antartika. Hal ini memicu kekhawatiran tentang keselamatan para ilmuwan yang berada di daerah tersebut.
Pecahnya gunung es seluas 1.709 kilometer persegi tersebut adalah akibat dari retakan yang menyebar dengan cepat.
Menurut pantaian Badan Antariksa AS (NASA), retakan sepanjang bagian Brunt Ice Shelf tersebut pertama kalu muncul pada Oktober 2016. Retakan ini dinamai celah Halloween.
Retakan menyebar ke arah timur hingga bersinggungan dengan celah lain yang tampak stabil selaman 35 tahun terakhir. Kini, celah itu berakselerasi ke utara dengan kecepatan 4 km per tahun sejak 2012.
Baca juga: Selama 40 Tahun, Antartika Kehilangan Es 6 Kali Lipat Lebih Banyak
Ilmuwan NASA Chris Shuman menyebut ukuran gunung es yang retak itu adalah yang terbesar kelima dilacak oleh Pusat Es Nasional di Suitland Maryland.
"Apa yang mendorong ini adalah, aliran es gletser alami jangka panjang dari pnggiran Antartika sehingga es mulai mengapung di laut," kata Shuman dikutip dari The Independent, Selasa (26/02/2019).
"Tahun demi tahun, es bergerak lebih jauh ke lepas pantai karena ditekan oleh gletser di daratan hingga tekanan dari kekuatan pasang surut, arus, badai, dan lain-lain... mulai memecah es yang mengambang," imbuhnya.
Lebih buruk lagi, menurut ahli glasiologi di Goddard Space Flight Center NASA Joe MacGregor jika kedua celah tersebut bertemu maka lapisan es bisa menjadi tidak stabil.
"Masa depan jangka pendek Brunt Ice Shelf kemungkinan tergantung pada di mana celah yang bergabung relatif menjadi gumpalan es McDonald," ujar MacGregor.
"Jika mereka bergabung di hulu (Selatan) dari gumpalan es McDonald, maka ada kemungkinan Brunt Ice Shelf akan tidak stabil," imbuhnya.
NASA mengungkapkan bahwa lepasnya gunung es adalah fenomena biasa. Meski begitu, perubahan yang terjadi pada lapisan es baru-baru ini dianggap tidak biasa.
"Kami tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang mendorong pecahnya Brunt Ice Shelf lebih cepat atau lebih lambat," kata Shuman.
"Kemungkinan hilangnya es di masa depan pada fenomena celah Halloween menunjukkan lebih banyak ketidakstabilan yang mungkin terjadi, dengan risiko yang terkait pada tebing es," tambahnya.
Masa depan jangka panjang dari lapisan es Antartika punya pengaruh besar pada kenaikan permukaan laut di seluruh dunia.
Baca juga: 200 Tahun Ini, Antartika Alami Peningkatan Hujan Salju yang Tak Normal
Sebuah laporan yang dirilis oleh ilmuwan AS dan Inggris tahun lalu menyatakan bahwa es di Antartika mencair dengan kecepatan yang memecahkan rekor.
Hal ini merupakan ancaman besar bagi kota-kota pesisir.
Melansir dari The Guardian, Selasa (26/02/2019), studi ini menemukan bahwa pencairan lapisan es telah meningkat tiga kali lipat dalam 5 tahun terakhir.
Para ilmuwan memperkirakan, es yang mencair di Antartika akan menambah lebih dari 25 cm total kenaikan permukaan laut global pada tahun 2070. Hal ini bisa diantisipasi dengan tindakan drastis untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi pemanasan global.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.