Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Menambang di Luar Angkasa, Ilmuwan Akan Bikin Stasiun di Asteroid

Kompas.com - 13/02/2019, 07:04 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Niatan menambang di luar angkasa tampaknya semakin mantap untuk segera dieksekusi. Hal ini terlihat dari rencana para ilmuwan yang akan membangun sebuah stasiun luar angkasa di dalam asteroid.

Sebelumnya, sudah ada wacana untuk melakukan penambangan di luar angkasa, salah satunya di asteroid. Upaya ini dilakukan mengingat semakin terbatasnya sumber daya alam yang ada di Bumi.

Nah, ide terbaru soal membangun stasiun luar angkasa di salah satu asteroid yang akan ditambang ini sebenarnya bertujuan untuk memudahkan jika suatu saat eksplorasi tersebut terjadi.

Sebab menurut para ilmuwan, putaran asteroid akan menciptakan gravitasi yang cukup supaya peralatan penambangan bisa digunakan secara efektif. Itu memberi kita cara untuk memanfaatkan mineral serta endapan yang kaya dalam asteroid.

Baca juga: Sabuk Asteroid ke Jupiter, 4 Tambang Baru yang Diincar Manusia

Selain itu juga, para ilmuwan mengungkapkan jika pembangunan stasiun tersebut akan menjaga dari bahaya dari radiasi sinar kosmik dan sebagainya.

Astrofisikawan dari University of Vienna di Austria pun telah melakukan serangkaian model gravitasi yang mendukung gagasan tersebut.

"Muatan yang dihasilkan dari gaya sentrifugal membuat stasiun luar angkasa yang nantinya berada di dalam asteroid tersebut memungkinkan," tulis para ilmuwan dalam makalah mereka di arXiv.org.

Meski memungkinkan untuk mengeksekusi ide tersebut, namun tetap ada hal yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh adalah soal kestabilan asteroid, yang termasuk di antaranya adalah seberapa kuat asteroid dapat menopang stasiun serta dimensi asteroid itu sendiri.

Setidaknya asteroid harus terbuat dari batu padat serta memiliki 38 persen gravitasi sekuat Bumi. Ini diperlukan untuk menjaga stasiun luar angkasa tetap berada ditempatnya, dan mencegah peralatan penambangan mengambang di luar angkasa.

Selain itu juga, asteroid perlu berputar antara 1 hingga 3 kali dalam satu menit untuk menghasilkan gaya sentrifugal yang cukup sehinga para pekerja tambang bisa tetap menjejakkan kaki di asteroid.

Bahkan jika kondisi stabil, maka para ilmuwan tentunya bisa membuat stasiun luar angkasa yang lebih luas.

"Penting untuk mengetahui struktur internal kandidat asteroid. Keputusan untuk menghuni asteroid semacam ini nantinya hanya mungkin terjadi setelah operasi penambangan dimulai," tambah ilmuwan.

Untuk sementara waktu, kandidat asteroid yang dilirik para ilmuwan adalah 3757 Anagolay, 99942 Apophis dan 3361 Orpheus. Namun, para ilmuwan mengaku belum tahu banyak soal komposisi asteroid tersebut.

Baca juga: Asteroid yang Musnahkan Dinosaurus Juga Timbulkan Tsunami 1 Kilometer

Studi baru ini tentunya memberikan persepsi baru terhadap eksplorasi di luar angkasa. Sebab, penambangan asteroid merupakan masalah besar.

Jika berhasil dilakukan, maka kita akan mendapatkan sumber daya yang kita butuhkan untuk melakukan perjalanan lebih jauh lagi ke luar angkasa tanpa harus mengandalkan Bumi untuk pasokan dan bahan bakar.

Hal ini juga berlaku ketika manusia akan membangun rumah permanen di luar planet ini. Masuk akal untuk menggunakan material di tempat yang lebih dekat untuk membangun, seperti asteroid misalnya.

Namun untuk mencapai itu semua, sepertinya akan membutuhkan waktu yang tak sebentar.

"Setidaknya kita masih butuh 20 tahun lagi sebelum penambangan asteroid terjadi," kata Thomas Maindl, salah satu tim astrofisikawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau