Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Cegah DBD di Lingkungan Padat Penduduk dan Apartemen

Kompas.com - 31/01/2019, 11:20 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Wabah demam berdarah dengue (DBD) selalu menjadi momok setiap tahunnya, apalagi di musim penghujan seperti ini.

Menurut pemberitaan Antara, tercatat ada 9.868 kasus DBD di 34 provinsi seluruh Indonesia dan 94 jiwa meninggal akibat penyakit tersebut.

Semua ahli sepakat, menjaga kebersihan dan tidak membiarkan ada genangan air di rumah adalah dua contoh cara untuk terhindar dari gigitan Aedes aegypti, si nyamuk belang penyebar virus dengue.

Lantas, apa yang harus dilakukan bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan padat penduduk dengan gang senggolnya atau yang tinggal di kompleks apartemen? Mengingat, orang yang tinggal di lantai 15 acap kali juga digigit nyamuk.

Baca juga: Pentingnya Edukasi Dini soal Nyamuk DBD, 4 Hal Ini Perlu Ditanamkan

Menjawab pertanyaan itu, Ahli entomologi Warsito Tantowijoyo, PhD, memberi saran sederhana yang bisa dilakukan semua orang.

"Kita harus meningkatkan kebugaran kita dan melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) untuk mengurangi populasi nyamuk," ujar Warsito yang bekerja di World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Kamis (31/1/2019).

Warsito melanjutkan, meningkatkan kebugaran bisa dilakukan dengan cara makan makanan seimbang dan bergizi, olahraga, serta istirahat yang cukup.

Melakukan 3M dan 1M Jitu

Sementara itu, salah satu gerakan PSN yang terbukti efektif adalah 3M, yakni menutup tempat penampungan air bersih, menguras tempat penampungan air bersih, dan mendaur ulang atau memusnahkan barang-barang bekas.

"Penggunaan insektisida yang tepat dan penggunaan pelindung nyamuk seperti lotion anti nyamuk dan kelambu juga bisa dilakukan," imbuh Warsito.

Dr Syahribulan, M.Si., peneliti nyamuk dari Departemen Biologi Universitas Hasanuddin dalam pemberitaan sebelumnya menegaskan bahwa tempat penampungan air justru dapat membuat nyamuk Aedes aegypti makin berkembang biak.

Untuk itu, dia menganjurkan agar tidak membuat tempat penampungan air. Karena kalau ada tempat penampungan air, nyamuk Aedes aegypti pasti datang meletakkan telurnya.

"Seharusnya yang kita lakukan adalah menghilangkan tempat-tempat air yang bisa menjadi tempat (nyamuk Aedes aegypti) berkembang biak," ujarnya via telepon kepada Kompas.com, Selasa (29/1/2019).

Syahribulan menjelaskan bahwa nyamuk Aedes aegypti sebetulnya tidak meletakkan seluruh telurnya sekaligus, melainkan satu per satu.

Oleh karena itu, nyamuk bisa meletakkan telurnya di berbagai tempat, dari yang sangat kecil, seperti penampung air pada dispenser, hingga yang seluas dan sedalam sumur.

Dibuktikan Syahribulan dan kolega dalam penelitian pada tahun 2010, nyamuk Aedes aegypti bisa turun dan bertelur di dalam sumur masyarakat. Oleh karena itu, dia menyarankan untuk menutup sumur dan kolam dengan kain kasa.

Selain itu, dia juga menyarankan untuk tidak hanya menguras air, tetapi menyikat wadahnya sekalipun jentik sudah tidak terlihat. Pasalnya, telur nyamuk Aedes aegypti sangat kecil dan lengket. Walaupun telah dikuras, bisa jadi telur nyamuk Aedes aegypti masih melekat pada wadah dan menetas kembali bila bertemu dengan air.

Baca juga: Cara Ini Diklaim Berantas Nyamuk DBD Tanpa Fogging dan Obat, Benarkah?

Cara ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang tinggal di pemukiman padat penduduk atau apartemen, tapi di semua wilayah.

Setidaknya lakukan hal ini mulai dari rumah Anda dan keluarga Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau