Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Menimbun "File" Digital, Apakah Termasuk Gangguan Jiwa?

Kompas.com - 11/01/2019, 17:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Di era digital seperti saat ini, memiliki 20.577 email yang belum dibaca, 31.803 foto di ponsel, dan 18 tab browser saat ini terbuka di laptop bukan hal yang baru.

Ya, kekacauan digital telah menyerbu hidup manusia dan kebanyakan tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Dengan kapasitas penyimpanan perangkat yang terus meningkat seiring dengan peningkatan perangkat lunak dan paket penyimpanan cloud, sepertinya tidak masalah untuk menyimpan ribuan email, foto, dokumen dan berbagai barang digital lainnya.

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penimbunan digital atau keengganan untuk menyingkirkan file-file digital yang terkumpul lewat pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat membuat kita merasa stres dan kewalahan. Ini sama halnya seperti kita menghadapi timbunan barang-barang fisik.

Baca juga: Waspadai Demensia Digital karena Penggunaan Gawai

Istilah penimbunan digital pertama kali digunakan pada tahun 2015. Saat itu, sebuah makalah membahas seorang pria di Belanda yang setiap harinya mengambil beribu-ribu foto digital dan menghabiskan berjam-jam memprosesnya.

"Dia tidak pernah menggunakan atau melihat foto-foto yang telah dia simpan tetapi yakin bahwa itu akan berguna di masa depan," tulis para penulis.

Para peneliti mendefinisikan penimbunan digital sebagai "akumulasi file digital ke titik kehilangan perspektif, yang akhirnya menghasilkan stres dan disorganisasi".

Mereka juga menyarankan itu mungkin subtipe baru dari gangguan penimbunan —suatu hal yang dianggap berbeda dari gangguan obsesif kompulsif pada tahun 2013.

Pria Belanda itu menimbun barang fisik sebelum akhirnya beralih ke foto digital. Nick Neave, direktur kelompok riset tentang penimbunan di Universitas Northumbria, mengatakan menurut pengamatannya apa yang dia lihat dalam penimbunan fisik juga muncul di ruang digital.

"Ketika Anda berbicara dengan penimbun yang sebenarnya dan berkata, 'Lihat, mengapa Anda merasa sulit untuk menyingkirkan barang-barang itu?'," kata Neave.

"Salah satu hal pertama yang mereka katakan adalah, 'Yah, itu mungkin berguna di masa depan' —yang persis sama dengan yang dikatakan orang-orang di tempat kerja tentang email mereka," imbuhnya.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan awal tahun ini, Neave dan rekan-rekannya bertanya kepada 45 orang tentang cara mereka menangani email, foto, dan file lainnya.

Alasan orang menimbun file digital mereka beragam. Mulai dari kemalasan, beranggapan suatu saat mungkin berguna, kecemasan jika harus menghapus apa pun, dan bahkan membayangkannya untuk menjadikannya sebagai 'amunisi' untuk seseorang.

Baca juga: Jangan Sampai Kecanduan Gawai, Mulailah Detoks Digital

Tim ini telah menggunakan tanggapan tersebut untuk mengembangkan kuesioner yang bertujuan menilai perilaku penimbunan digital di tempat kerja. Mereka mengujinya terhadap 203 orang yang menggunakan komputer sebagai bagian dari pekerjaan mereka.

Temuan mereka menunjukkan bahwa email tampaknya menjadi masalah khusus: di antara peserta, rata-rata di kotak surel mereka terdapat 102 surel yang belum dibaca dan 331 surel yang sudah dibaca.

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau