Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Sejarah dan Perubahan Alam Ungkap 5 Fakta Sesar Lembang

Kompas.com - 03/01/2019, 17:34 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Studi teranyar tentang sesar Lembang baru saja diterbitkan secara online di jurnal Tectonophysics, 17 Desember 2018.

Mudrik Rahmawan Daryono, peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang terlibat dalam penelitian mengatakan bahwa studi ini memaparkan lebih banyak fakta dan dijelaskan dengan lebih rinci.

Berikut beberapa fakta tentang sesar Lembang yang dipaparkan Mudrik kepada Kompas.com dalam wawancara Kamis (3/1/2019).

Baca juga: Menyoal Studi Terbaru LIPI Soal Sesar Lembang, Ini Fakta Terbarunya

1. Tiga catatan gempa

Mudrik menjelaskan, sesar Lembang merupakan sesar aktif. Suatu sesar disebut aktif bila ahli dapat membuktikan bahwa pernah terjadi gempa bumi dalam kurun waktu saat ini sampai 11.000 tahun yang lalu.

Mudrik dan timnya mendapat tiga jejak gempa yang diakibatkan sesar Lembang, yakni pada  abad ke-15, 60 SM, dan 19.600 tahun yang lalu.

"Dari kriteria tersebut, kita sudah dapat membuktikan bahwa ada dua gempa yang terjadi, yakni di abad ke-15 dan 60 SM," katanya.

Kedua masa itu masuk dalam periode 11 ribu tahun, sehingga disebut sesar aktif.

2. Perubahan bentuk di lapangan

Selain berhasil membuktikan sesar aktif lewat periode, Mudrik juga menyertakan bukti morfologi lain yang dapat menguatkan bahwa sesar Lembang aktif.

"Kita memberikan definisi yang jelas. Kalau sesar aktif dia harus punya bentuk jelas di lapangan," ujarnya.

Gambaran atau bentuk yang jelas di lapangan ditunjukkan lewat pergeseran sungai, pemotongan sungai, bukit yang terangkat karena gempa tektonik.

3. Pergeseran sungai untuk menemukan slip rate sesar Lembang

Dengan melakukan pengukuran terperinci, Mudrik dan timnya menemukan bahwa ada pergeseran sungai yang terjadi di sekitar kawasan sesar Lembang.

"Jadi kita cari pergeseran (sungai) terbesarnya dan pergeseran batu yang umurnya kita sudah tahu. Dan yang paling penting kita mencari pergeseran terkecil, itu berarti pergeseran paling baru," sambungnya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau