KOMPAS.com - Sebuah mitos mengatakan, di Bumi ini ada batu bertuah yang memiliki segudang keajaiban untuk manusia. Batu itu disebut dapat memberi kehidupan abadi dan mampu mengubah logam biasa menjadi emas murni.
Kini, hal itu bukan lagi isapan jempol belaka. Para pakar China benar-benar membuktikan bahwa mitos itu nyata.
Namun, mereka tidak menemukan batu bertuah yang bisa membuat hidup abadi. Sebaliknya, mereka menemukan cara untuk mengubah tembaga menjadi logam yang hampir identik dengan emas.
Dalam makalah yang terbit di Science Advances, mereka menceritakan telah membombardir atom tembaga dengan plasma argon berenergi tinggi sehingga mengubah struktur elekron logam.
Baca juga: Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020 Terbuat dari Limbah Elektronik
Titik beku pada nol valensi oleh proses ini, tembaga menjadi kurang reaktif dan mulai berubah menjadi logam mulia seperti emas atau perak.
"Nanopartikel tembaga mencapai kinerja katalitik yang sangat mirip dengan emas atau perak," tim menjelaskan dalam pernyataan yang diposting di situs web akademi dan diberitakan IFL Science, Kamis (27/12/2018).
"Setelah diproses, terbukti tembaga dapat diubah dari 'ayam' menjadi 'phoenix',” sambung ahli mengibaratkan.
Namun, temuan ini tidak akan membuat ahli kimia tiba-tiba menjadi kaya raya karena bisa mengubah tembaga menjadi emas palsu.
Alih-alih digunakan untuk mengejar harta dunia, para ahli beranggapan temuan ini adalah langkah penting dan menguntungkan untuk menghadapi tantangan dunia modern.
Baca juga: Ratusan Koin Emas Ditemukan, Bukti Runtuhnya Kekaisaran Romawi?
Tidak hanya ketahanannya terhadap oksidasi dan reaktivitas rendah membuat emas dan perak sempurna untuk keperluan industri - misalnya nanti ada logam yang diletakkan di dalam smartphone kita -, logam mulia juga bisa digunakan dalam proses kimia canggih yang dapat mengubah batubara menjadi sumber daya yang berguna seperti etanol.
"Pemanfaatan sumber daya batubara yang bersih untuk mensintesis bahan kimia bernilai tinggi sangat diinginkan dengan meningkatnya masalah energi dan lingkungan," jelas ahli.
"(Metil glikolat) adalah zat penting yang mahal dibanding zat lain yang bisa digunakan untuk sintesis produk farmasi, bahan kimia, dan parfum. Namun, (metil glikolat) sulit diperoleh melalui katalis tembaga. Jadi, pengembangan katalis yang efisien untuk mengendalikan dan mengatur produk masih menjadi tantangan besar bagi akademisi dan industri," tutup mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.