Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilewatkan oleh Nobel, Astrofisikawan Ini Malah Menang Rp 45 miliar

Kompas.com - 08/09/2018, 20:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Dame Jocelyn Bell Burnell, seorang profesor tamu di Universitas Oxford, terpilih untuk menerima Penghargaan Fisika Dasar senilai 3 juta dollar AS atau sekitar Rp 45 miliar.

Penghargaan tersebut diberikan untuk hasil kerja keras Bell Burnell dalam mendeteksi pulsar untuk kali pertama dan menjadi pemimpin di komunitas ilmiah.

Menariknya, Bell Burnell pernah dilewatkan oleh penghargaan Nobel untuk temuan yang sama.

Dituturkan dalam artikel The Guardian, Kamis (6/9/2018), Bell Burnell secara tidak sengaja menemukan pulsar ketika sedang menjalani program PhD di laboratorium Cavendish milik Cambridge University.

Baca juga: Ini Alasan Stephen Hawking Tak Pernah Dapat Nobel Fisika Semasa Hidup

Ketika sedang mempelajari data dari teleskop radio baru yang dia bantu untuk bangun, Bell Burnell mendeteksi sinyal lemah yang tidak umum, berupa denyut gelombang radio yang berulang-ulang.

“Itu adalah sinyal yang sangat, sangat kecil. Ia mungkin hanya satu di antara 100.000 data yang saya punya. Saya menemukannya hanya karena saya sedang sangat berhati-hati, dan mendetail, karena sindrom penyemu,” ujarnya.

Perlu Anda ketahui, sindrom penyemu adalah ketika seseorang meragukan pencapaian mereka dan merasa ketakutan akan dituduh penipu. Dalam kasus Bell Burnell, dia takut dikeluarkan oleh Cambridge bila yang dia temukan ternyata bukan apa-apa.

Oleh karena itu, Bell Burnell pun kembali ke observatorium dan mengambil data dari area langit tempat gelombang radio berasal. Pada saat itu, ia tidak berhasil menemukannya.

Baru ketika sebulan berlalu, Bell Burnell berhasil menemukan sinyal itu kembali. Namun ketika dia memberi tahu Antony Hewish, pengawas program PhD-nya, temuan Bell Burnell malah dianggap sekadar gangguan radio.

Baca juga: Apa Itu Mikroskop Krio-Elektron, Teknik yang Menang Nobel Kimia 2017?

Untungnya, Bell Burnell tidak pernah menyerah. Setelah diselidiki lebih lanjut, ditemukan bahwa gelombang radio tersebut berasal dari sumber yang bergerak di angkasa dengan kecepatan bintang. Artinya, gelombang akan selalu muncul di posisi yang sama pada waktu yang maju empat menit setiap hari.

Hasil observasi Bell Burnell juga memunculkan tiga denyut gelombang radio baru dari titik-titik lain di galaksi.

Kedua ciri-ciri ini menunjukkan bahwa denyut gelombang radio tidak berasal dari Bumi.

Walaupun pada saat itu tidak diketahui apa yang memproduksi sinyal ini, kini sumber-sumber itu dikenal sebagai pulsar, bintang neutron berputar yang mengeluarkan radiasi elektromagnetik.

NASA, JPL-CALTECH, SAO Cahaya biru terang pada gambar ini adalah pulsar

Temuan ini begitu luar biasa hingga mendapatkan penghargaan Nobel pada 1974. Namun, penghargaan tersebut jatuh ke tangan Hewish dan bukan Bell Burnell, sebuah keputusan yang menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk astronom Inggris Sir Fred Hoyle.

Walaupun terlambat hingga beberapa dekade, kini hasil kerja keras Bell Burnell telah terbayar.

Penghargaan yang dia terima merupakan salah satu penghargaan bidang fisika paling menguntungkan. Didanai oleh pendiri Facebook Mark Zuckerberg, mantan fisikawan miliarder Yuri Milner, dan orang-orang penting Silicon Valley lainnya; hadiah ini pernah diberikan kepada Stephen Hawking dan para fisikawan dari eksperimen Ligo yang mendeteksi gelombang gravitasional.

Bell Burnell berkata bahwa hadiah tersebut akan diberikan ke Institusi Fisika untuk membiayai program PhD bagi orang-orang yang kurang terwakili di bidang fisika.

“Cerita pulsar ini terjadi karena aku seorang minoritas dan mahasiswa PhD. Meningkatkan keberagaman di bidang fisika bisa mengarah pada banyak hal baik,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau