KOMPAS.com – Penguin dikenal sebagai hewan yang monogami atau tinggal dengan satu pasangan seumur hidup dan kawin dengan pasangan yang sama di setiap musim kawin.
Namun, pemandangan tidak biasa tersaji di Loveland Living Planet Aquarium, Utah, Amerika Serikat.
Dari 4500 binatang yang ada di akuarium ini, pengurus akuarium mencurigai tingkah laku dari dua pasang penguin Gentoo, bernama Roto dan Copper; dan Coco dan Gossamer.
Dilansir dari IFL Science, Selasa (21/08/2018), bekerjasama dengan tim peneliti dari Utah Valley University, menguji paternitas atau hubungan kekerabatan antar individu pada penguin Gentoo.
Mereka menguji DNA dari 19 penguin yang berada di akuarium dan menemukan bahwa dua anak Coco sebenarnya berasal dari Roto.
"Para petugas yang mengawasi para penguin memperhatikan bahwa beberapa penguin menunjukkan perilaku yang menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak 100 persen setia pada pasangan mereka," ungkap Eric Domyan, penginisiasi studi ini.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa dari delapan anak yang diuji, dua dari mereka memiliki ayah biologis yang berbeda dengan ayah sosial mereka," sambungnya.
Ini cukup mengejutkan, mengingat apa yang kita ketahui tentang penguin sebagai makhluk yang setia terhadap pasangannya.
Dengan kata lain, kita boleh mengatakan bahwa Roto dan Coco telah melakukan "perselingkuhan" dari pasangan mereka—Copper dan Gossamer.
Tidak hanya Roto dan Coco, tim peneliti juga menemukan penguin betina lain yang kawin dengan dua pejantan berbeda.
Baca juga: Hubungan Monogami Lebih Baik untuk Kesehatan
Seperti yang dilaporkan New York Times, Selasa (21/08/2018), pada dasarnya, penguin-penguin di tempat ini sebenarnya berada pada program perjodohan paling beragam secara genetis yang diterapkan akuarium untuk memastikan populasi penguin yang kuat dan sehat.
Oleh karenanya, pendataan garis keturunan sangat penting untuk menghindari perkawinan seadarah.
Dengan adanya kasus seperti ini dimana satu induk betina memiliki anak dari dua ayah yang berbeda, maka perkawinan sedarah di masa nanti akan menjadi mungkin.
Hal ini akan membuat rumit program yang telah lama diterapkan.
"Hasil penelitian ini menyoroti pentingnya tes genetik untuk memvalidasi silsilah yang digunakan dalam SSP [Species Survival Plans], untuk memberikan data yang lebih akurat untuk mendukung konservasi spesies," tulis para peneliti tersebut dalam jurnalnya.
“Kebanyakan spesies yang kita anggap monogami, termasuk spesies kita sendiri, kita tahu bahwa selalu ada tanda bintang di sampingnya. Sangat jarang menemukan monogami dalam spesies apa pun di mana ada kesetiaan 100 persen kepada pasangan,” jelas Domyan.
Belajar dari peristiwa ini, Domyan mengatakan ada pesan moral bisa kita petik buahnya.
“Kita dapat mengatakan bahwa penguin juga manusia. Mungkin tidak realistis untuk mengharapkan hewan memiliki tingkat kesempurnaan moral yang lebih tinggi daripada kita,” tutup Domyan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.