Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serial Gempa Dipicu Satu Sesar, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Lombok?

Kompas.com - 21/08/2018, 18:34 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Minggu (19/08/2018) lalu, gempa bermagnitudo 7 kembali mengguncang Lombok.

Namun, gempa tersebut tidak tunggal. Sebelum dan sesudah gempa ini terjadi, beberapa gempa berkekuatan besar juga dirasakan warga di sana.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa kali ini merupakan gempa kembar dengan yang terjadi di sebelumnya.

Gempa kembar sendiri adalah dua gempa yang terjadi dengan kekuatan tak berbeda jauh, lokasi dan kedalaman yang berdekatan, serta rentan waktu yang tidak berbeda jauh.

Selain itu, rekahan (rupture) batuan yang diciptakan oleh kedua gempa tersebut masih terjadi pada satu sistem sesar yang sama yaitu masih dalam kerangka sistem Sesar Naik Flores.

Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan: apa yang sebenarnya terjadi di Lombok? Mengapa gempa-gempa tersebut terjadi terjadi pada sistem sesar yang sama?

Danny Hilman Natawidjaya, pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, gempa di Lombok punya sumber yang berbeda.

"Karena sumber gempanya tidak satu, ada beberapa di situ," ujar Danny kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (20/08/2018).

"Ada tiga segmen yang besar. Lepas satu per satu," tegas Danny.

Ahli gempa ini juga mengatakan sebenarnya segmen gempa yang terlepas hanya dua.

"Hanya dua yang lepas sebetulnya. Segmen tengah, yang sudah lepas, tiga gempa besar kemarin," kata Danny.

Baca juga: Serial Gempa Lombok, Ahli Sebut Bukan Bukti Prediksi yang Viral

"Sama yang segmen timur sekarang, yang memicu gempa kemarin," sambungnya.

Danny juga menegaskan, ini merupakan hal biasa dalam gempa.

"Kalau kita melihat gempa-gempa lainnya, Sumatra misalnya, juga berdasarkan sesar yang sama," tutur Danny.

Kompas.com juga menanyakan kepada Danny, apakah benar ada energi yang belum lepas dari gempa Lombok.

"Ya, untuk gempa sebelumnya," katanya.

"Kalau sekarang, sudah hampir lepas seluruh segmennya," tegas Danny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau