RIAU, KOMPAS.com – Dibuka pada Kamis, (09/08/2018) di Pekanbaru, Riau, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menfokuskan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional pada inovasi untuk kemandirian energi dan pangan.
Sektor energi dan pangan sendiri masuk ke dalam sepuluh program penelitian yang disepakati oleh Kementerian dan Lembaga. Nasir berencana, melalui sektor energi dan pangan ini, mengembangkan produktivitas yang tinggi namun tetap efisien.
Terkait pemilihan tempat di Riau, Nasir menjawab bahwa Provinsi Riau butuh ditingkatkan kualitas pangannya.
“Selama ini kebutuhan pangan di provinsi Riau sangat tinggi, sementara itu produksi di dalamnya masih sangat kurang sehingga (harus) kita dorong,” jelas Nasir yang ditemui pada kegiatan Panen Perdana Padi, di Desa Pulau Tinggi, Kabupaten Kampar, Provinisi Riau, Kamis (9/8/2018).
Baca juga: Jusuf Kalla Buka Puncak Hakteknas Ke-22 di Makassar dengan Roket Air
Lebih lanjut, ia menyebut sagu, sebagai komoditas yang banyak diproduksi di Riau, direkomendasikan untuk menjadi salah satu makanan utama. Sayangnya, hal ini tidak disambut baik oleh masyarakat.
“Kadang-kadang masyarakat mengatakan, masyarakat yang memakan sagu adalah masyarakat dengan ekonomi rendah. Padahal, dalam kesehatan jauh lebih baik karena kandungan gula dalam sagu adalah zero (nol) atau kualitasnya sangat bagus untuk kesehatan,” jelasnya.
Masalah pangan ini, menurut Nasir, harus dapat diselesaikan dengan meningkatkan kuantitas produksinya, misalnya dengan padi sidenuk yang telah ditanam beberapa bulan lalu di provinsi Riau.
“Padi sidenuk (yang dipanen hari ini), hasil terendahnya menghasilkan di angka 8,5 ton. Padi sidenuk tahun lalu, kami tanamkan di 24 kota di Sulawesi Selatan. BPS mencatat, padi di sana menghasilkan antara 5-6 ton,” ujar Menteri Nasir.
Baca juga: Inovator Fin Komodo Raih BJ Habibie Technology Award 2017
Mengenai hubungan antara energi dan Riau, Menteri Nasir memberikan contoh dengan kelapa sawit yang ada di provinsi ini. Ia mengatakan, dengan jumlah kelapa sawit yang begitu besar di wilayah ini, sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan hasil limbahnya.
“Petani dalam hal ini menggunakan traktor yg menggunakan bahan bakar solar dan bensin yang nilai operasinya tinggi. Dia juga menggunakan diesel yang menyala satu hari bisa sampai 20 jam. Nah bagaimana kita pindah menjadi gas? Converter kit kita dorong. Ini supaya efisiensi didapatkan oleh para petani,” katanya.
Ia menambahkan, hal ini akan jadi luar biasa jika dapat dikembangkan karena akan menopang sumber daya wilayah Kampar jauh lebih baik.
“Kalau kita lihat, produksi padi semacam ini harus kita dorong terus yang hasilnya harus kita tinjau kembali terhadap capaiannya sehingga ada manfaatnya betul. Peneliti-peneliti yang ada di Kemenristekdikti bersama pemerintah daerah untuk mensejahterakan petani. Ini penting. Petani harus makin sejahtera,” tutup Nasir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.