KOMPAS.com - Mungkin tak banyak yang tahu, laba-laba bisa terbang. Menempuh jarak ratusan kilometer dalam perjalanan udara.
Fenomena ini sebenarnya telah lama membingungkan para ahli, termasuk Charles Darwin yang diketahui menuliskan pengamatannya tentang ratusan laba-laba dalam catatan pribadinya.
Salah satu hipotesis menduga laba-laba menggunakan benang-benang tipisnya untuk menangkap angin sehingga bisa melambungkan tubuh ke udara.
Sayang, hipotesis itu dengan mudah dipatahkan karena tidak menjelaskan bagaimana laba-laba dapat tetap terbang meski hujan atau saat sama sekali tidak ada angin.
Kini, ilmuwan dari Universitas Bristol memiliki penjelasan dan bukti yang lebih masuk akal. Menurut para ahli, laba-laba melakukan perjalanan udara dibantu oleh atmospheric potential gradient (APG).
Baca juga: Dengan Kecepatan Tinggi, Laba-Laba Unta Habisi Kaki Seribu
APG merupakan sebuah sirkuit listrik antara bumi dan ionosfer, bagian dari atmosfer atas bumi yang terionisasi radiasi matahari.
Petir sendiri bertindak sebagai baterai raksasa yang berfungsi untuk mengisi dan memelihara medan listrik di atmosfer.
Hal ini sudah diuji oleh para ilmuwan sejak 2013.
Saat itu, tim yang dipimpin Erica Morley ingin menindaklanjuti sebuah teori yang menyebut medan listrik mungkin berperan dalam kemampuan terbang laba-laba.
Dalam makalah yang terbit di jurnal Current Biology, Kamis (5/7/2018), dijelaskan bagaimana Morley dan koleganya mengatur sebuah kotak untuk menciptakan atmosfer yang terisolasi dari udara ambien sehingga di dalamnya tidak ada aliran medan listrik atmosfer bumi.
Sebagai gantinya, mereka menciptakan medan listrik yang dapat dinyalakan dan dimatikan secara manual oleh para ilmuwan.
Setelah kotak berisi medan listrik buatan tercipta, mereka menangkap dan memasukkan laba-laba kecil dari genus Erigone ke dalamnya.
Saat aliran medan listrik dinyakakan, para peneliti melihat bahwa laba-laba mengarahkan perut ke udara dan melepaskan untaian panjang benang tipis, kemudian ia melesat ke udara.
Namun, saat aliran listrik mati, laba-laba akan meluncur turun ke tanah.
"Kami menyimpulkan bahwa gaya elektrostatik cukup untuk membuat laba-laba bisa terbang," kata Morley seperti dilansir AFP, Jumat (6/7/2018).
Baca juga: Mirip Taman Dandelion, Ini adalah Lautan Jaring Laba-laba
Dilansir Science Alert, laba-laba memiliki rambut sensoris yang disebut trichobothria dan akan bergerak saat merespons adanya medan listrik. Para ahli meyakini, rambut itu digunakan laba-laba untuk mendeteksi APG.
Meski mereka menemukan bukti baru yang lebih masuk akal, Morley dan timnya berharap akan ada studi lebih lanjut yang mempelajari hal ini, termasuk penelitian tentang sifat tubuh laba-laba.
Selain laba-laba, beberapa ulat bulu juga diketahui bisa terbang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.