Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2018, 20:08 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Banyak orang terkejut ketika melihat video viral yang menampilkan seorang penyelam asal Inggris, Rich Horner, berenang di antara lautan sampah di Nusa Penida.

Namun, jauh sebelum adanya video itu, banyak hewan harus merasakan hal yang sama dengan Horner. Pengalaman ini bahkan berlangsung setiap hari bagi mereka.

Seekor kepiting spons mengenakan plastik di Edithburgsh Australia. Kepiting spons biasanya mengenakan spons lautan untuk mengamuflasikan dirinya dari predator, plastik yang bening ini jelas tidak cukup.FRED BAVENDAM, MINDEN PICTURES/NATIONAL GEOGRAPHIC CREATIVE Seekor kepiting spons mengenakan plastik di Edithburgsh Australia. Kepiting spons biasanya mengenakan spons lautan untuk mengamuflasikan dirinya dari predator, plastik yang bening ini jelas tidak cukup.

Penelitian yang dilakukan Badan Jepang untuk Ilmu Pengetahuan dan Teknogi Bumi dan Laut (JAMSTEC) bahkan menemukan bahwa plastik telah menginvasi laut terdalam bumi.

Penelitian lain yang dipublikasikan awal bulan ini juga menemukan bahwa Antartika yang merupakan alam liar terakhir bumi telah terkontaminasi oleh plastik.

Baca juga: China Hentikan Impor Limbah Plastik, Ini Dampaknya bagi Dunia

Dilansir dari situs resmi Plastic Oceans, manusia di seluruh dunia menggunakan satu juta kantung plastik setiap menit, dan membuang 8 juta ton plastik ke lautan setiap tahun.

Padahal, seperti dilansir dari National Geographic, Jumat (29/6/2018); plastik yang dibuang ke lautan tidak terputus rantainya. Ketika hancur menjadi mikroplastik, sampah manusia ini masuk ke dalam rantai makanan hingga kembali ke manusia lagi.

Seekor burung Namdur di Queensland, Australia, menghiasi rumahnya dengan pecahan kaca, mainan plastik, dan berbagai sampah manusia lainnya.TIM LAMAN, NATIONAL GEOGRAPHIC CREATIVE Seekor burung Namdur di Queensland, Australia, menghiasi rumahnya dengan pecahan kaca, mainan plastik, dan berbagai sampah manusia lainnya.

Sementara itu, hewan-hewan lain seperti kepiting dan burung terpaksa menggunakan plastik untuk membangun sarang mereka; dan hewan seperti anjing laut dan penyu seringkali mati karena terjerat plastik.

“Semua plastik yang dibuang ke lautan adalah kabar buruk bagi hewan,” ujar pakar patologi hewan, Ander Brownlow, yang melakukan nekropsi terhadap anak anjing laut dan menemukan plastik di perutnya kepada National Geographic.

Sekumpulan hyena mencari makan di antara pembuangan sampah Mekelle, Ethiopia.KARINE AIGNER Sekumpulan hyena mencari makan di antara pembuangan sampah Mekelle, Ethiopia.

Oleh karena itu, para pakar lingkungan pun berharap agar semua orang turut bertanggung jawab untuk mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Anda mungkin tidak akan bisa hidup tanpa plastik, tetapi sekadar mendaur ulang yang bisa didaur ulang dan tidak membuang sampah sembarangan akan membantu pengurangi polusi plastik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau