KOMPAS.com - Anda mungkin pernah merasa gusar atau ingin marah saat sedang kelaparan.
Hal serupa juga dialami Jessica Fostekew. Dua minggu setelah ia melakukan diet rendah kalori, Jess menjadi pribadi yang galak.
Suatu ketika ia pernah mengamuk saat sedang mengendarai mobil, hanya karena mobil di belakangnya yang ditumpangi pria bertubuh besar mengklaksonnya di lampu merah.
Tak tinggal diam, Jess memutuskan turun dari mobil dan menantang para pria itu untuk berkelahi. Bukannya disambut, Jess justru ditertawakan. Ia akhirnya kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan dengan emosi.
"Saya menepi dan saya menangis penuh amarah. Saya kemudian bersumpah untuk tidak melakukan diet karbohidrat lagi," imbuhnya.
Baca juga: Tui, Burung yang Marah jika Saingannya Berkicau Lebih Baik
Apa yang terjadi?
Sophie Medlin, dosen nutrisi dan diet dari Kings College London mengatakan, para ahli gizi telah lama menyadari kelaparan dapat membuat orang lekas marah.
"Ketika gula darah turun, kortisol dan adrenalin meningkat di dalam tubuh kita. Itu adalah hormon yang menentukan respon naluriah kita," jelasnya.
Hal tersebut kemudian memengaruhi otak, di mana neuropeptida yang dikeluarkan neuron mengendalikan bahan kimia di otak.
"Yang memicu rasa lapar, sama dengan yang memicu kemarahan dan kegusaran serta perilaku jenis impulsif. Jadi itulah mengapa Anda mendapatkan respon yang sama," katanya.
Benarkah perempuan lebih mudah marah saat lapar?
Kita semua pernah mengalami kegusaran yang menggelora saat kelaparan. Namun, benarkah hal ini disebut lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria?
Ditambah lagi, banyak artikel yang membahas marah karena lapar sering diilustrasikan dengan teriakan, wanita yang stres.
Menjawab pertanyaan itu, Medlin menegaskan gagasan tersebut sama sekali tidak benar.
"Ini (marah karena lapar) bisa terjadi pada siapa saja dan mungkin dalam ilmu saraf sebenarnya lebih mungkin terjadi pada pria daripada perempuan."