KOMPAS.com - Kita sudah lama dianjurkan bahwa jika menginginkan pencernaan sehat dan lancar, harus sering mengonsumsi serat. Namun, selain baik untuk pencernaan, serat juga ditemukan baik untuk daya tahan tubuh.
Temuan Prof Benjamin Marsland dari Universitas Monash ini sekaligus menyangkal pemikiran terdahulu yang mengklaim bahwa diet tinggi serat bisa menurunkan imunitas justru tidak benar.
Prof Marsland menyimpulkan demikian setelah melakukan serangkaian eksperimen pada tikus. Dua kelompok tikus diamati responsnya ketika mereka diserang virus influenza A.
Ternyata, tikus yang diberi asupan inulin (serat larut yang bisa ditemukan pada sayur-mayur dan buah-buahan) tetap sehat dan tidak terpengaruh paparan virus. Mereka juga tetap lincah mengitari kandang.
Sementara itu, tikus yang hanya makan selulosa menunjukkan gelagat sakit. Kelompok ini tiba-tiba meringkuk bergerombol. Bulu-bulunya layu dan kuyu, seperti sedang flu.
Baca juga: Tidak Punya Empat Musim, Kapan Baiknya Vaksin Flu di Indonesia?
Supaya tidak terkecoh dengan penilaian fisik saja, peneliti lantas mengecek darah dan kondisi paru-paru dua kelompok tikus. Hasilnya tetap sama.
Tikus yang disuplai inulin menampakkan kondisi bugar, sedangkan yang hanya konsumsi selulosa tengah sakit.
Prof Marsland yang masih belum puas dengan temuannya itu kemudian meningkatkan keganasan virus yang disebar ke dua kelompok tikus.
Kendati sakit, tikus kelompok pertama tidak sampai mati. Ini semua berkat inulin (serat larut) yang bertugas jadi benteng pertahanan tubuh.
Baca juga: Lampu UV Ini Bisa Cegah Penyebaran Virus Flu di Ruang Publik
Kerja Serat
Lantas, dari situ didapat pemikiran baru bahwa serat mampu menangkal penyakit. Serat yang dipasok ke dalam tubuh akan berperan mencegah timbulnya peradangan akibat infeksi.
Pasalnya,serat mendorong bakteri usus meproduksi asam lemak rantai pendek (SCFAs). Asam lemak inilah yang meningkatkan kerja sel T. Sel T jadi lebih aktif menumpas virus dan sel yang terinfeksi penyakit.
Bakteri jahat pun dihambat perkembangannya, sedangkan bakteri baik meningkat jumlahnya dengan adanya inulin.
Oleh karena itu, penyakit tertentu, seperti asma, alergi, dan kerusakan sel paru-paru, juga bisa ditangkal.
Marsland berkata bahwa kita perlu berhati-hati dalam menyerap hasil temuan ini, walaupun manusia juga memproduksi SCFAs ketika makan banyak serat. Pertanyaan yang masih ingin diselidikinya adalah berapa banyak serat yang dibutuhkan manusia untuk mendapatkan manfaat yang setara?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.