Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sosok Peneliti Perempuan di Balik Ekspedisi Selat Sunda

Kompas.com - 23/04/2018, 20:04 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ini mungkin kali pertama Anda mendengar nama Prof. Dwi Listyo Rahayu. Namun, ahli oseanografi LIPI ini telah melambungkan nama Indonesia melalui kiprahnya.

Dilansir dari Kompas.com, Sabtu (21/4/2018), Dwi menjadi peneliti Indonesia yang bergabung dalam ekspedisi laut dalam di perairan Selat Sunda.

Selain Dwi, ada 30 peneliti asing lainnya yang tergabung dalam ekspedisi mengungkap 12 spesies baru tersebut.

“Dalam ekspedisi tersebut, ada tujuh peneliti yang ahli dalam kelompok krustasea dan untuk sementara, spesies baru yang dipastikan adalah dari kelompok krustasea,” kata Dwi kepada Kompas.com, Rabu (18/4/2018).

Dari ekspedisi tersebut, kepiting “Telinga Besar” yang berukuran sekita enam sentimeter menjadi salah satu temuan penting.

Baca juga : Bukti Kekayaan Nusantara, Ekspedisi Selat Sunda Ungkap 12 Spesies Baru

Taksonom kelomang kebanggan Indonesia

Berkutat dalam kelompok krustasea, sejenis udang, kepiting, dan kelomang, adalah makanan sehari-hari bagi Dwi.

Dia adalah satu-satunya taksonom kelomang (hermit crab) di Indonesia, dan satu di antara lima taksonom kelomang di dunia.

Hingga tahun 2011, lebih dari 60 jenis kelomang baru telah berhasil Dwi temukan, termasuk dua genus baru.

Berdasarkan arsip berita Kompas.com pada tahun 2011, perempuan ini telah merintis karir di dunia tersebut sejak tahun 1987, bersamaan dengan saat dia merampungkan studi master dan doktoral di Perancis dalam bidang biologi kelautan.

Sebenarnya, perkenalan Dwi terhadap kelomang tidak sengaja. Awalnya, dia berniat fokus menggarap taksonomi udang sebagai bahan disertasinya.

“Waktu itu, saya mau taksnomi udang, tapi di sana ternyata enggak ada. Lalu saya ditawari untuk mempelajari kelomang,” ungkapnya.

Baca juga: Refleksi Peneliti Indonesia Saat Ikut Program Riset Singapura

Dia mengakui sempat ragu dengan tawaran tersebut. Namun, perasaan tersebut berganti setelah dia menggali berbagai literatur soal kelomang dan melihat kelomang secara langsung.

“Publikasi kelomang dari Indonesia waktu itu hanya ada satu pada tahun 1937. Saya pikir, ini kesempatan saya untuk mengerjakan dan ternyata menarik,” imbuhnya.

Bagi Dwi sendiri, bidang yang dia geluti sekaligus menjadi cara untuk menunjukkan rasa nasionalisme. Pasalnya, dia bisa mengatakan kepada dunia bahwa Indonesia punya kekayaan biota laut, yakni kelomang.

Nah, ekspedisi perairan laut dalam di Selat Sunda tahun 2018 ini seolah menjadi jawaban dari harapan Dwi pada tahun 2011.

“Yang perlu sekarang adalah mendata yang ada di kedalaman lautan, itu yang belum tereksplorasi dengan baik,” ujar Dwi pada tahun 2011.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau