JAKARTA, KOMPAS.com - Pikun menyebabkan seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif disertai perubahan perilaku. Umumnya, penyakit pikun atau demensia ini menyerang usia di atas 55 tahun.
Dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Gea Pandhita berkata, itu lantaran pada usia tersebut sel neuron yang ada di otak sudah berkurang jumlahnya. Selain itu, bagian otak yang memproses memori yakni hipokampus telah menyusut areanya.
Namun, bukan berarti orang dewasa yang berumur kurang dari 55 tahun terbebas dari ancaman pikun.
“Demensia juga bisa menyerang usia muda,” kata Gea dalam temu media yang dihelat RSPI pada Kamis (12/4/2018). Gea pun pernah menemukan pasien demensia berumur 16 tahun
Penyakit yang menyerang pembuluh darah di otak berperan menaikkan risiko usia muda untuk terkena demensia vaskular.
Penyakit demensia vaskular menyumbang 20-30 persen penderita dari semua jenis demensia.
Jika ada stroke, hipertensi, diabetes, dan penyakit pembuluh darah lainnya, usia muda rentan jadi pikun.
Baca juga : Pikun dan Pelupa, Apa Bedanya?
Stroke ringan membuat pasokan darah yang seharusnya bisa menutrisi bagian hipokampus menjadi tersumbat.
Akibatnya, proses penyerapan memori menjadi terganggu. Lambat laun, penderita stroke akan menjadi pelupa dan berujung pada pikun, tanpa disadari, kata Gea.
“Lebih baik lakukan deteksi rutin karena penurunan kognitif sifatnya progresif atau sebelum terlambat cegah penyebab pikunnya,” ujar Gea mengingatkan.
Deteksi rutin bisa lewat berkonsultasi dengan dokter saraf. Dokter akan mengetes keseimbangan pasien saat berdiri, melihat riwayat penyakit yang pernah diderita, memantau faktor risiko, dan melakukan serangkaian tes kognitif.
“Untuk pencegahan, hindari makanan yang memicu penyakit pembuluh darah seperti yang banyak kolesterol, alkohol, dan lemak. Asupan yang baik bagi otak yakni yang mengandung kolin,” ungkap Gea. Kolin tersebut bisa ditemukan dalam tahu dan tempe.
Baca juga : Jangan Jauhi, Ini Cara Hadapi Orangtua yang Telah Pikun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.