Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Temukan Tambang Mineral Tanah Jarang yang Nyaris Tak Terbatas

Kompas.com - 16/04/2018, 18:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Sebuah studi baru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature melaporkan adanya tambang mineral tanah jarang di lepas pantai Jepang.

Menurut para peneliti, tambang berisi 16 juta ton logam berharga yang mungkin bisa memenuhi kebutuhan dunia hingga berabad-abad mendatang.

Logam-logam ini adalah yttrium yang bisa mencukupi kebutuhan hingga 780 tahun mendatang, dysprosium untuk 730 tahun mendatang, europium untuk 620 tahun mendatang, dan terbium untuk 420 tahun mendatang.

Perlu Anda ketahui, walaupun bernama mineral tanah jarang, 17 elemen yang masuk dalam kategori ini sebetulnya ada banyak di lapisan kerak bumi.

Baca juga : Berlian Berisi Mineral Langka Ditemukan di Afrika, Begini Rupanya

Mereka terbentuk oleh aktivitas vulkanis, walaupun mayoritas yang ada di planet kita dibentuk oleh ledakan supernova yang terjadi sebelum bumi ada.

Ketika bumi terbentuk, mineral-mineral ini menjadi bagian dari mantel terdalam bumi dan kemudian terdorong ke atas mendekati permukaan bumi oleh aktivitas tektonik.

Setelah jutaan tahun lamanya, batuan mineral ini pecah menjadi sendimen yang tersebar di seluruh dunia, dan sulit ditemukan mengumpul dalam jumlah yang cukup banyak untuk ditambang.

Pada saat ini, hanya ada sedikit area-area mineral tanah jarang yang bisa ditambang, dan mayoritas di bawah kontrol China.

Baca juga : Mineral Alien Ditemukan di Area Jatuhnya Meteor 60 Juta Tahun Lalu

Padahal, mineral tanah jarang sangat dibutuhkan untuk memproduksi baterai ponsel dan kendaraan elektronik. Hal ini pun memaksa Jepang dan produsen-produsen elektronik dan mobil dunia untuk bergantung pada harga yang ditetapkan oleh China.

Nah, temuan tambang baru ini akan membalikkan kekuatan China, dan bahkan mengubah ekonomi global.

Pasalnya, tambang tersebut berada di dekat pulau Minamitori, sekitar 1.850 kilometer tenggara dari Tokyo, yang masih masuk dalam zona ekonomi eksklusif Jepang.

Satu-satunya hambatan bagi Jepang untuk menggunakan tambang tersebut adalah sulitnya dan mahalnya proses mengekstraksi mineral tanah jarang.

Yutaro Takaya, penulis utama studi pun, mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa riset lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan metode yang termurah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau