Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiangong 1, Stasiun Luar Angkasa China Berpeluang Jatuh di Indonesia

Kompas.com - 12/03/2018, 16:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber LAPAN

KOMPAS.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membenarkan bahwa dalam beberapa minggu ke depan stasiun luar angkasa China, Tiangong 1, akan jatuh ke bumi.

Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN berkata pihaknya saat ini sedang fokus mengamati pergerakan Tiangong 1.

Sebenarnya tidak hanya Tiangong 1 saja yang diamati oleh LAPAN. Semua benda langit yang berpotensi jatuh ke bumi terus dilakukan pemantauan.

Khusus untuk Tiangong 1, Thomas berkata stasiun luar angkasa ini perlu mendapat perhatian lebih mengingat beratnya saat diluncurkan adalah 8,5 ton dengan ukuran panjang 10,5 meter dan diameter 3,4 meter.

Baca juga : Dalam Hitungan Minggu, Stasiun Luar Angkasa China Akan Jatuh ke Bumi

Mengingat ukuran dan massa Tiangong 1 yang besar, LAPAN memperkirakan akan ada bagian dari satelit yang tersisa dan jatuh ke permukaan bumi ketika satelit terbakar memasuki lapisan atmosfer.

Tiangong 1 memiliki inklinasi orbit 43 derajat. Ini artinya seluruh daerah di Bumi mulai dari 43 derajat Lintang Utara (LU) hingga 43 derajat Lintang Selatan (LS) memiliki peluang untuk kejatuhan sampah atau sisa serpihan Tiangong 1, dan Indonesia ada di dalam area ini.

Meski begitu, pihaknya belum dapat memastikan Tiangong 1 akan jatuh kapan dan di mana. Menurut pantauan LAPAN itu karena Tiangong 1 masih di titik yang belum dapat diprediksi.

"Menurut pantauan kami (LAPAN), Tiangong 1 pada hari ini berada di jarak sekitar 240 kilometer di atas permukaan bumi. Satelit dikatakan mengalami re-entry atau jatuh jika sudah melewati ketinggian 120 kilometer dari bumi," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Senin (12/3/2018).

"Masih ada waktu cukup lama untuk memprediksi kapan jatuhnya (serpihan Tiangong 1). Perkiraan kami antara awal April sampai pertengahan April," imbuhnya.

Thomas menjelaskan, kecepatan benda luar angkasa yang jatuh ke bumi sebenarnya tergantung pada aktivitas matahari dan aktivitas medan magnet bumi. Saat aktivitas matahari sedang lemah seperti saat ini, maka kecepatan jatuhnya juga semakin lama.

Baca juga : Perkenalkan CIMON, Calon Penduduk Baru di Stasiun Luar Angkasa

Dilansir dari laman resmi LAPAN, Tiangong 1 diluncurkan pertama kali pada 30 September 2011 dari Jiuquan Satellite Launch Center, China.

Otoritas antariksa China telah melaporkan pada 16 Maret 2016 bahwa Tiangong 1 mengalami kerusakan dan tidak dapat dikontrol lagi.

Akhirnya pada Kamis, (4/5/2017), China melaporkan kepada Komite PBB untuk penggunaan aktivitas antariksa secara damai (United Nations Committee on the Peaceful Uses of Outer Space-UNCOPUOS) mengenai Tiangong 1 yang akan mengalami re-enty atau masuk kembali ke atmosfer bumi.

Thomas berkata, stasiun luar angkasa jatuh ke bumi bukan hal yang baru. Stasiun luar angkasa selalu menghadapi hambatan atmosfer. Ketika ia turun, roket kendali akan menaikkan stasiun luar angkasa lagi ke titiknya.

"Pada 2016, Tiangong 1 dilaporkan sudah tidak dapat naik lagi. Ini bisa karena bahan bakar yang menipis dan umurnya juga sudah relatif tua. Karena sudah tidak bisa lagi dikendalikan, akhirnya dilepaskan dari ketinggian 350 kilometer," kata Thomas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau