Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah dari Australia, Pria Ini Obati Serangan Jantung Sendirian

Kompas.com - 08/03/2018, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Apa jadinya jika Anda mengalami serangan jantung tanpa ada tenaga medis di sekitar? Mungkin hal ini tidak terbayangkan.

Namun itulah yang dialami oleh seorang perawat di Australia yang tak ingin disebutkan namanya. Perawat pria berusia 44 tahun ini sedang sendirian di sebuah klinik kesehatan di pemukiman terpencil saat mengalami serangan jantung.

Untungnya, perawat ini mampu menyelamatkan hidupnya sendiri.

Menurut laporan yang diterbitkan di New England Journal of Medicine, mulanya, pria tersebut merasakan nyeri dada yang parah disertai pusing. Hal ini dirasakannya ketika bertugas di sebuah pos perawatan (klinik) di Coral Bay, sekitar 1.000 kilometer dari Perth.

Baca juga: Mengapa Serangan Jantung pada Wanita Sering Tak Terdeteksi?

Celakanya, dia merupakan satu-satunya staf medis yang bertugas saat itu. Sedangkan fasilitas kesehatan terdekat berjarak sekitar 150 kilometer.

Beruntung, pria ini tidak panik. Dia segera menghubungkan dirinya dengan sebuah elektrokardiogram (EKG), sebuah alat rekam jantung.

Hasil EKG menunjukkan adanya penyumbatan jantung yang mungkin berlanjut menjadi serangan jantung.

Setelah melihat hasil tersebut, dia mendapat konfirmasi bahwa yang dirasakannya adalah serangan jantung. Kemudian dia mengirim hasil tersebut kepada dokter melalui Emergency Telehealth Service (ETS), akses spesial yang memungkinkan dokter " ada" meski hanya melalui video conference.

Setelah menemukan dokter darurat yang bisa membantunya, dia berbicara melalui sambungan telepon video.

Atas arahan dokter, pria itu kemudian memasukkan jalur inreavena (IV) di kedua lengan dan mengatur obatnya sendiri seperti aspirin, pengencer darah, penghilang rasa sakit, dan obat penghilang gumpalan yang disebut tenecteplase.

"Dia memasang bantalan defibrillator (alat kejut jantung) sendiri dan menyiapkan adrenalin, atropin, dan amiodaron (obat yang digunakan untuk mengatasi masalah irama jantung)," tulis laporan tersebut dikutip dari AFP, Kamis (08/03/2018).

Ternyata, obat penghilang gumpalan tersebut bekerja dengan baik. Serangan jantung yang dialaminya pun mereda.

Keesokan harinya, pria ini diterbangkan ke unit kardiologi di Perth. Dia kemudian diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah 2 hari.

Melihat kasus ini, para ahli menyebut tindakan perawat tersebut ekstrem. Mengobati serangan jantung sendri tidak direkomendasikan untuk kebanyakan orang.

Baca juga: Virus Flu Tingkatkan Risiko Serangan Jantung, Vaksin Bisa Jadi Solusi

Meski begitu, para ahli juga menyampaikan bahwa obat penghilang gumpaan merupakan salah satu prosedur standar yang perlu dilakukan untuk orang yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan. Selain itu, mereka menambahkan, pengetahuan medis berperan penting untuk menyelamatkan nyawa sendiri.

"Sangat jenius untuk bisa melakukan semua ini," ungkap Brandon Godbout, wakil ketua unit gawat darurat di Rumah Sakit Lenox Hill, New York.

"Bila tidak ada orang lain, apa yang akan Anda lalukan? Orang ini tampaknya memiliki pengalaman yang cukup baik dala pengobatan darurat, berdasarkan kepercayaan mereka dalam mengelola situasi yang parah ini," imbuh Godbout.

Kasus ini juga menunjukkan pentingny telemedicine, terutama untuk rumah sakit dari daerah pedesaan atau terpencil. Ini diharapkan menjadi salah satu cara untuk membuat orang mendapatkan akses medis darurat yang lebih baik.

"Saya pikir telemedicine sangat penting untuk menghadapi keadaan darurat semacam ini," tutu Godbout.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com