Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Kasus di Sumut, Apa Alasan Harimau Masuk Kampung?

Kompas.com - 05/03/2018, 21:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini pemberitaan tentang harimau yang dibunuh di Mandailing Natal, Sumatera Utara menghiasi pemberitaan media massa. Berita ini menjadi viral karena bangkai harimau tersebut digantung dan menjadi tontonan warga.

Warganet pun ramai memperbincangkannya. Sebagian besar menyayangkan pembunuhan harimau tersebut.

Pendapat senada juga dilontarkan oleh Sunarto, ahli ekologi satwa liar di World Wildlife Fund (WWF) Indonesia.

"Saya sangat perihatin dengan peristiwa ini. Harimau tersebut tidak berhasil diselamatkan dan beredar berita yang simpang siur," ungkap Sunarto melalui sambungan telepon kepada Kompas.com, Senin (05/03/2018).

Baca juga: Meresahkan Warga, Seekor Harimau Dibunuh dan Jadi Tontonan

Sunarto menyebut bahwa masih banyak berita yang kurang dapat dipercaya mengenai kasus ini, terutama tentang konflik manusia dengan harimau di wilayah tersebut. Dia mencontohkan salah satu berita yang kurang benar adalah bahwa harimau tersebut merupakan siluman.

"Dari info yang saya kumpulkan dari rekan-rekan masih banyak berita yang simpang siur, sehingga banyak yang berpendapat berdasarkan interpretasi masing-masing, bukan berdasar fakta," ujarnya.

Hal inilah yang menambah keruh masalah konflik harimau dan manusia di wilayah tersebut. Akibatnya, warga setempat yang melihat harimau menjadi panik dan ketakutan sehingga memutuskan untuk membunuh harimau tersebut.

Perlu Penanganan Menyeluruh

"Sebetulnya masalah konflik (harimau-manusia) ini kan memerlukan penanganan menyeluruh tidak bisa dari seketika saat (kasus) ini saja. Kebanyakan orang hanya merespon ketika sudah kondisinya seperti itu," katanya.

Dia juga menambahkan untuk mengatasi masalah konflik manusia dan satwa liar ini memerlukan pendekatan jangka panjang dan terintegrasi antara banyak pihak.

Untuk kasus yang terjadi di Mandailing Natal, Sumatera Utara ini sendiri, Sunarto menyebut bahwa ada banyak faktor yang membuat peristiwa tersebut terjadi.

"Kalau yang saya lihat di sini permasalahannya, berdasarkan sumber-sumber yang saya pelajari, kawasan Batang Gadis ini memang menjadi kawasan yang penting untuk harimau," katanya.

"Tapi sepertinya banyak kegiatan ilegal yang masih berlangsung. Kemudian masyarakat sepertinya masih memiliki pemahaman yang belum memadai tentang harimau itu seperti apa," imbuhnya.

Baca juga: Harimau Sumatera, Predator Buas yang Bantu Hutan Tetap Lestari

Sunarto juga menjelaskan, selama ini diisukan bahwa ada harimau siluman yang berkeliaran di kampung mereka. Hal ini membuat orang-orang percaya sehingga menimbulkan kepanikan.

Padahal, menurutnya, harimau masuk kampung ini seharusnya bisa ditangani lebih baik. Bahkan, saat ada petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) malah ditolak oleh warga sekitar.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau