Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/02/2018, 19:34 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Dalam diskusi yang dihelat Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) dengan Harian Kompas, pada Selasa (27/2/2018) di Jakarta, para pembicara membahas tentang pengelolaan kebun raya yang berkelanjutan.

Menurut Joko Ridho Witono, peneliti utama bidang botani, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kebun raya punya posisi penting dari sisi sosial budaya dan ekonomi. Aspek itu merupakan komponen yang mesti juga dipikirkan selain fungsi ekologi dan pariwisata.

Hal ini juga disepakati Alexander Sonny Keraf, Wakil Ketua I YKRI. Menurut Sonny, kebun raya tidak berdiri atas dasar dimensi lingkungan saja. Masyarakat dan pemerintah bisa memetik manfaat ekonomi dan sosial dari keberadaan kebun raya.

“Pengembangan keberlanjutan kebun raya harus meliputi aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi,” ujarnya.

Baca juga : Kebun Raya Indonesia Tonjolkan Tanaman Obat dan Lokal

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Michael Harijanto, Wakil Ketua Badan Pengurus YKRI. Michael menyebut bahwa kebun raya harus bisa mencakup lima fungsi:

1. Konservasi.

“Konservasi ini adalah tugas untuk melestarikan plasma nutfah (substansi pembawa sifat keturunan) yang sudah mencapai titik kritis. Masyarakat juga harus ikut menjaga plasma nutfah tersebut dengan dibangun kebun raya di daerah. Kembali lagi pada kemampuan finasial pemda juga,” ujarnya.

2. Penelitian.

Kebun raya menyumbang peran besar dalam dunia penelitian. Peneliti bisa menggali potensi yang tersimpan dari plasma nutfah yang ada di kebun raya, misalnya untuk sumber pangan ekonomi. Bagaimana plasma nutfah tersebut bisa dibudidayakan kembali oleh masyarakat juga harus dipikirkan para peneliti.

3. Pendidikan

YKRI melalui Gerakan Jaga Bumi telah memulai langkah edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya kebun raya. Kegiatan tersebut menjangkau sekolah-sekolah untuk menyebarkan informasi seputar budi daya tanaman ramah lingkungan.

4. Wisata

“Coba bandingkan kebun raya di Singapura dan di Bogor. Banyak orang datang ke Singapura, padahal tanamannya diambil dari Indonesia juga. Bagaimana pengemasan kebun raya bisa menjadi tempat wisata harus dikembangkan,” ujar Michael.

Dia melanjutkan, perlu ada perubahan pola pikir masyarakat bahwa kebun raya bukan hanya tempat konservasi penelitian. Partisipasi aktif masyarakat dibutuhkan supaya pembangunan kebun raya berjalan lancar. Jika kebun raya mengalami defisit, masyarakat bisa ikut berpartisipasi menyumbang untuk pengelolaan kebun raya yang berkelanjutan.

5. Jasa lingkungan

Michael mengatakan, jasa lingkungan ini tentunya diperlukan untuk memberikan satu info mengenai dampak ekologis tentang bagaimana mencapai lingkungan yang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau