Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Bersusun Cidahu, Arkeolog Pastikan Bukan Peninggalan Zaman Lampau

Kompas.com - 08/02/2018, 19:06 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Masyarakat sekitar Sungai Cibojong, Desa Jayabakti, Kecamatan Cidahu, Sukabumi sejak Kamis (1/2/2018) dikejutkan dengan penemuan 90 titik batu bertumpuk di aliran Sungai Cibojong.

Lutfi Yondri, peneliti utama di Balai Arkeologi Jawa Barat, memastikan bahwa batu bertumpuk tersebut bukan hasil peninggalan masa lampau.

“Saya pastikan, itu (batu bersusun Cidahu) bukan peninggalan budaya lama. Peninggalan budaya lama tidak akan bertahan hingga sekarang apabila ditumpuk tanpa ikatan,” ujar Lutfi lewat pesan singkat kepada Kompas.com.

Lutfy menjelaskan bahwa batu bersusun di Cidahu hanya mengandalkan keseimbangan saat menumpuknya. Di beberapa negara, batu bersusun ini termasuk karya seni dan disebut stone balancing.

Baca juga : Batu Bersusun di Sukabumi, Bagaimana Fisika Menerangkannya?

Dengan demikian, tumpukan batu akan mudah roboh tatkala terkena guncangan. Apalagi, kawasan selatan Jawa Barat akhir-akhir ini kerap dilanda gempa.

Sementara itu, Lutfi juga menerangkan, batu bersusun yang dikategorikan peninggalan budaya masa lalu berupa dolmen, pelinggih, tahta batu, batur punden, dan punden berundak.

Dolmen merupakan batu datar yang ditopang oleh batu lain yang berfungsi sebagai kaki. Pada zaman dahuulu, batu disusun secara berundak dengan tujuan tertentu seperti dolmen yang dipakai sebagai meja persembahan ke nenek moyang.

Di Jawa Barat sendiri, batu bersusun peninggalan budaya lama bisa ditemukan di Pagguyangan, Sukabumi. Tersebar pula di Tugu Gede, Salak Datar, Gunung Padang, dan Cianjur.

Baca juga : Kali Pertama Ditemukan di Alam Semesta, Batu Mesir Bingungkan Peneliti

Lutfi pun menyayangkan sikap pihak yang menyusun batu tersebut tanpa berkomunikasi dengan warga ataupun aparat setempat. Jika komunikasi dilakukan, terbuka peluang untuk menjadikannya obyek wisata.

“Itu sesuatu yang sangat menarik untuk menambah daya tarik pariwisata di daerah Sukabumi. Sukabumi mulai tersohor dengan Geopark Ciletuhnya,” ujar Lutfi.

Sekretaris Desa Jayabakti sudah memperkirakan susunan batu tersebut dibuat oleh oknum manusia. Dugaan ini menepis persepsi warga yang menghubungkan batu bersusun dengan mistis dan gerhana bulan.

"Saya sudah meyakini batu-batu bertumpuk ini dibuat manusia. Saya juga sempat mencobanya di rumah, dan bisa menumpukkan batu hingga 5 sampai 6 batu ke atas," tuturnya seperti yang dilansir dari Kompas.com pada Senin (6/2/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com