Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Bersusun di Sukabumi, Bagaimana Fisika Menerangkannya?

Kompas.com - 06/02/2018, 17:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

Sumber kompas.com

KOMPAS.com - Warga di sekitar Sungai Cibojong, Sukabumi, Jawa Barat akhir-akhir dihebohkan dengan puluhan batu yang tersusun rapi di tengah aliran sungai. Bagaimana sains menjelaskan hal tersebut?

Karya seni rock balancing tersebut sempat membuat geram warga di wilayah karena dianggap mistis.

Menurut Dosen Program Studi Fisika di Institut Tekologi Bandung, Yudi Darma, seni menyusun batu itu bisa dijelaskan dengan rumus fisika klasik.

"Rumusnya hukum Newton, yang berbunyi benda akan cenderung diam atau bergerak dengan kecepatan tetap jika tidak ada gaya yang bekerja padanya," kata Yudi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/2/2018).

Baca Juga: Dibakar dan Dimutilasi, Beginilah Praktik Penguburan pada Zaman Batu

Yudi mengatakan bahwa tumpukan batu di Sukabumi adalah hal wajar dan biasa.

"Intinya adalah keseimbangan, pengetahuan tentang tekstur batu, dan kesabaran. Orang yang bisa melakukan rock balancing pasti akan paham karakteristik batu, geometri dan pusat massa. Posisi dan penempatan titik pusat massa akan mempengarui batu seimbang dalam waktu yang lama," tambahnya.

Kehebohan yang terjadi di Sukabumi karena ada batu besar yang ada di atas batu kecil dan dikaitkan dengan unsur mistis.

"Kalau batunya sama besar dan rata itu akan mudah dan biasa. Dugaan saya, konfigurasi rock balancing tidak sekali jadi. Pembuatnya pasti mencoba berulang kali untuk mendapatkan konfigurasi yang paling stabil dengan mempertimbangkan gaya gravitasi dan gesek," katanya.

Baca Juga: Bocah Ini Dikucilkan Warga Desa karena Kulitnya Mengeras seperti Batu

Warga di sekitar Sungai Cibojong sejak Kamis (1/2/2018),menjadi heboh karena penemuan puluhan tumpukan batu tersebar di aliran sungai di belakang rumahnya. Saat itu banyak warga berdatangan untuk menyaksikan langsung ke lokasi, seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (5/2/2018). 

"Saya juga tidak tahu, awalnya mereka itu tahu dari mana sehingga berdatangan ke kampung kami ingin melihat tumpukan batu. Jalan di depan juga sampai macet," kata Ade, salah satu warga.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau