KOMPAS.com -– Telah diketahui bahwa tubuh dapat merespon sinar matahari. Salah satu manfatnya adalah memproduksi vitamin D setelah terpapar sinar ultraviolet B (UVB).
Selain itu, tubuh juga dapat bereaksi dengan cahaya biru matahari (410 - 500 nanometer). Sel fotosensitif akan merespon cahaya tersebut dan memberi sinyal pada tubuh adanya sinar matahari. Ini berguna untuk mengatur jam biologis atau ritme sirkadian selama 24 jam.
Para ilmuwan dari Universitas Alberta, Kanada, pun menggunakan cahaya biru untuk melihat reaksi tubuh lainnya. Mereka ingin mengetahui apakah cahaya biru dapat mengaktifkan adiposit putih
Untuk diketahui, adiposit putih merupakan sel lemak di bawah kulit. Adiposit dapat menghasilkan insulin yang berguna mengubah glukosa menjadi energi. Peran ini tentu sangat bermanfaat bagi pengidap diabetes tipe 1.
Baca juga : Jangan Remehkan Kesepian! Dampaknya Bisa Picu Diabetes Tipe 2
Saluran pada membran adiposit dapat terbuka dan tertutup di bawah pengaruh panjang gelombang cahaya tertentu, seperti pada cahaya biru. Para ilmuwan mengendalikan jenis panjang gelombang cahaya antara 450-480 nanometer.
Para ilmuwan menemukan bahwa sel lemak menghasilkan protein jam biologis atau melanopsin. Selain itu, sel tersebut juga melepaskan lebih banyak molekul gliserol dan mengurangi timbunan lipid hingga hampir sepertiga.
"Bila panjang gelombang biru matahari (cahaya yang bisa kita lihat dengan mata kita) menembus kulit kita dan mencapai sel-sel lemak tepat di bawahnya, butiran lipid berkurang dalam ukuran dan dilepaskan dari sel," kata ahli farmakologi dan salah satu penulis, Peter Light, dilansir Science Alert, Sabtu (13/1/2018).
"Dengan kata lain, sel kita tidak menimbun lemak sebanyak itu," katanya.
Singkatnya, berjalan di bawah terpaan sinar matahari tak hanya membantu produksi vitamin D. Hal ini juga membuat tubuh sulit menyimpan lemak cukup banyak.
"Ada banyak literatur di luar sana yang menunjukkan bahwa generasi sekarang akan lebih gemuk daripada orangtua mereka, dan mungkin hal itu karena manfaat paparan sinar matahari," kata Light.
Baca juga : Studi Terbaru Mengungkap, Lemak Tidak Membuat Gemuk
Dalam hasil penelitian yang telah dipublikasikan di Scientific Reports (27/11/2017), para ilmuwan tak menganjurkan berjemur menjadi cara menurunkan berat badan. Jika dilakukan, melanoma dapat terjadi akibat paparan sinar UV.
Penelitian Light dan koleganya ditujukan untuk pengembangan metode pengobatan diabetes di masa depan.
"Mungkin jalur metabolisme terpapar sinar matahari yang mengatur pola tidur kita, juga bertindak dengan cara sensorik untuk mengatur jumlah lemak yang dibakar manusia bergantung pada musim," kata Light.
"Anda bertambah gemuk di musim dingin dan kemudian membakarnya di musim panas."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.