Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunakan Drone, Peneliti Ungkap Kandungan Air yang Disemburkan Paus

Kompas.com - 15/01/2018, 18:18 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Air semburan dari lubang punggung paus ternyata mengandung sejumlah bakteri. Itu bisa digunakan untuk mengetahui kesehatan paus dan populasinya.  

Seorang kandidat profesor di Universitas Macquarie Fakultas Ilmu Biologi, Vanessa Pirotta, melakukan terobosan baru dengan menggunakan drone untuk mengambil sampel air yang tersembur dari lubang tersebut. 

"Drone lebih efisien, hemat dan aman untuk digunakan. Ukurannya kecil dan belum ada bukti ikan paus terganggu dengan keberadaan drone saat di berada di dekat mereka. Mungkin paus tidak menyadari ada drone di atas mereka," katanya Pirotta seperti dikutip Australian Geography, Senin (15/1/2018).

Untuk mengambil sampel air, biasanya peneliti harus berenang mendekati mamalia seberat 80 ton itu dengan membawa tongkat panjang yang ujungnya dipasangi alat seperti cawan. Untuk melakukannya, peneliti menghadapi risiko besar.

Cara lain yang biasa dilakukan adalah mengumpulkan cairan lendir paus yang telah terdampar atau yang sudah mati akibat diburu manusia. Namun, dalam kondisi tersebut sampel lendir paus sudah terinfeksi.

Baca Juga: Apa Kabar Ikan Raja Laut, Hewan Purba di Laut Sulawesi?

Drone yang digunakan Pirotta tersebut berhasil mengumpulkan sejumlah bukti tentang paus. Lendir yang ia kumpulkan selama percobaan awal tersebut mengungkap bakteri apa saja yang hidup di paru-paru paus.

"Dari sini kami dapat membandingkan temuan kami dengan penelitian lain dengan menggunakan metode serupa. Hasil penelitiannya dapat digunakan untuk memantau paus yang sakit atau perkembangan populasinya," kata Pirotta.

Selain itu, pengamatan menggunakan drone juga dapat digunakan untuk memantau kesehatan spesies laut lainnya.

"Kami memilih paus bungkuk sebagai spesies penelitian karena setiap tahun mereka datang dengan jumlah sangat banyak di Sydney. Idealnya, metode ini juga bagus untuk melakukan penelitian terhadap paus di wilayah Selatan yang populasiya lebih sedikit,"katanya.

Baca Juga: Kisah Nyata dari Pasifik, Paus Lindungi Penyelam dari Serangan Hiu

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau