KOMPAS.com - Pernahkah Anda mengalami kurang tidur? Biasanya jika Anda mengalami hal ini, berdampak kurang baik pada keseharian Anda.
Namun ternyata, tak hanya itu dampak kurang tidur. Baru-baru ini, sebuah penelitian menyebut bahwa kurang tidur bisa meningkatkan risiko alzheimer.
Hal tersebut disebabkan otak yang memproduksi lebih banyak protein amyloid beta saat kita kurang tidur. Protein ini dikaitkan dengan alzheimer.
Kadar protein yang meningkat berpotensi memicu serangkaian perubahan pada otak yang bisa diakhiri dengan demensia.
"Penelitian ini adalah demonstrasi paling jelas pada manusia bahwa gangguan tidur menyebabkan peningkatan risiko penyakit Alsheimer melalui mekanisme amyloid beta," kata Randall Bateman, penulis senior penelitian ini dikutip dari Futurity, Kamis (28/12/2017).
Baca juga: Selain Tingkatkan IQ, Ikan Terbukti Memperbaiki Kualitas Tidur Anak
"Penelitian tersebut menunjukkan bahwa hal itu disebabkan oleh overproduksi amyloid beta selama kurang tidur," sambung profesor neurologi di Washington University, St. Louis tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh David Holtzman, seorang profesor neurologi, dan Yo-El Ju, asisten profesor neurologi. Mereka menyebut bahwa tidak tidur dengan baik meningkatkan kadar protein otak seperti amyloid beta yang dikaitkan dengan alzheimer.
Sayangnya, mereka juga mengakui bahwa belum diketahui mengapa terjadi peningkatan protein amyloid beta pada otak yang lelah.
Untuk penelitian ini sendiri, Bateman dan koleganya merekrut delapan orang berusia 30 hingga 60 tahun tanpa masalah tidur maupun kognitif. Para peneliti kemudian menugaskan peserta secara acak pada salah satu dari tiga skenario.
Skenario pertama adalah tidur malam normal tanpa alat bantu tidur. Skenario kedua, begadang semalaman. Sedangkan, skenario ketiga, tidur dengan bantuan obat sodium oxybate.
Sebagai informasi, sodium oxybate digunakan untuk meningkatkan tidur gelombang lambat (fase tidur mendalam dan tidak bermimpi), yang dibutuhkan orang agar ketika bangun merasa segar kembali.
Setiap skenario tersebut, dilakukan selama 36 jam pemantauan yang dimulai dari pagi hari hingga berlanjut pada sore hari berikutnya. Peneliti kemudian mengambil sampel cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang setiap dua jam.
Baca juga: Apa yang Terjadi Pada Otak Saat Kita Tidur? Sains Menjawabnya
Hal tersebut dilakukan untuk memantau perubahan tingkat amyloid beta yang terjadi seiring waktu dan kelelahan.
Setelah masing-masing mendapat skenario pertama, para peserta kembali lagi untuk melakukan skenario kedua pada 4 sampai 6 bulan berikutnya. Sedangkan skenario ketiga hanya dilakukan oleh 4 peserta saja.
Ini dilakukan oleh para peneliti untuk memperlajari mendeteksi perubahan tingkat amyloid beta pada orang yang sama ketika mendapatkan kondisi yang berbeda.