Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seni Lukis 'Kontemporer' Sudah Ada sejak Abad Ketiga

Kompas.com - 19/12/2017, 12:45 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Seni lukis sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Hal ini juga sudah dilakukan oleh seorang seniman di Mesir kuno sekitar 1.800 tahun lalu saat dia melukis seorang wanita yang memiliki mata besar dan mengenakan jubah gaun pendek (tunik) berwarna merah.

Tak tahu siapa perempuan dengan baju merah itu. Tapi, lukisannya menjadi jendela bagi para ilmuwan untuk mengetahui bahan dan metode melukis yang digunakan pada masa lalu.

Melalui lukisan itu pula, peneliti dapat mengetahui kuas apa yang digunakan untuk menggambarkan rambutnya, sampai urutan setiap jenis cat yang diaplikasikan.

"Tanpa mengambil sampel terperinci dari lukisan itu, kami berhasil memetakan informasi rinci terkait bahan yang digunakan dan bagaimana pelukis di masa lalu melakukan persiapan," kata peneliti senior Ioanna Kakoulli, profesor ilmu dan teknik material dari Universitas California, Los Angeles (UCLA), dilansir dari Live Science, Kamis (14/12/2017).

Baca Juga : Hiu Mini Tunjukkan Teknik Makan yang Mencengangkan

"Kami juga dapat menghubungkan teknologi produksi mereka dengan 'industri' kuno lainnya dan bagaimana praktiknya. Seperti pertambangan, metalurgi, tembikar, pencelupan, farmakope, dan alkimia," sambungnya.

Kakoulli menyebut teknik seni lukis yang dibuat pada masa lalu sangat detail. Oleh sebab itu, peneliti berani mengklaim karya lukis ini sebagai seni pertama yang menggunakan kombinasi spesifik.

Para peneliti menggunakan teknik 'makroskop multimodal chemical imaging' untuk meneliti sebuah karya lukisan kuno ini.

"Teknik ini akan merevolusi cara penting dan tak tergantikan untuk mengetahui bahan-bahan yang dianalisis dan ditafsirkan," kata Kakoulli.

Dalam makalah yang diterbitkan di Scientific Reports pada (14/11/2017), dijelaskan teknik tadi merupakan penggabungan dari tiga teknik. Antara lain adalah teknik refleksi difusi hiperspektral, yang mempelajari pantulan cahaya dan gelombang dari permukaan, luminenscence yakni emisi cahaya, dan fluoresensi sinar-X untuk mengidentifikasi bahan kimia dalam sampel menggunakan sinar-X yang terpantul dari suatu benda.

Analisis potret berukuran 13,7 inci x 4,7 inci (35 x 12 sentimeter) yang ditempatkan di Galeri Seni Nasional di Washington, DC, mengungkap komposisi molekuler cat, serta bahan yang digunakan untuk mengikat cat.

Peneliti menemukan adanya campuran lilin dan pigmen lebah.

Baca Juga : Inikah Lukisan Anjing Tertua di Dunia?

Selain itu, potret perempuan itu mungkin dicat dengan tiga alat yang berbeda. Pertama kuas yang bagus atau penisilin, kemudian sendok logam atau spatula berlubang yang dikenal sebagai cauterium, dan pengukir yang dikenal sebagai cestrum.

Tidak hanya itu, peneliti juga bisa mengetahui gaya lukisan apa yang paling diminati pada saat lukisan dibuat.

"Dekorasi garmennya adalah contoh bagus dari keahlian dalam kehidupan nyata yang tercermin dalam lukisan itu," kata rekan peneliti Roxanne Radpour, seorang kandidat doktor di Departemen Ilmu dan Teknik Material di UCLA.

Dia menambahkan, pewarna merah merupakan hasil ekstraksi dari akar yang pada era Mesir kuno sering digunakan untuk mewarnai kain dan kulit.

"Dan kita melihat dari pemetaan kimia, potret yang dipilih seniman untuk melukis pakaian wanita bangsawan dengan pigmen danau, hal ini mirip praktik kontemporer," sambungnya.

Peneliti mengatakan, teknik yang mereka gunakan ini mungkin juga dapat diaplikasikan dalam ilmu lingkungan, geologi, biologi dan forensik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau