Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangutan di Penangkaran Lebih Cerdas, Apa Ancaman yang Akan Dihadapi?

Kompas.com - 13/12/2017, 12:13 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Siapa sangka, orangutan di penangkaran lebih cerdas setelah dibesarkan manusia.

Hal ini diungkapkan oleh Laura A. Damerius dan koleganya dari Universitas Zurich. Mereka menyebutkan bahwa orangutan yang telah menghabiskan banyak waktu dengan manusia saat muda biasanya memiliki rasa penasaran yang tinggi.

Hasilnya adalah para orangutan tersebut memiliki nilai lebih baik dalam segala macam tes kognitif.

Para peneliti melakukan penelitian pada 61 orangutan di pusat rehabilitasi melalui berbagai tes. Pusat rehabilitasi tersebut memiliki beberapa orangutan yang dibesarkan sebagai hewan peliharaan, sedangkan yang lain berasal dari alam liar karena kehilangan habitatnya.

Baca Juga: Cerita Kami Menemukan Orangutan Tapanuli, Jenis Baru dan Terlangka

Pertama, para orangutan tersebut suka mencoba makanan baru dan bermain ular plastik serta berbagai hal baru lainnya.

Orangutan yang berasal dari alam liar sangat hati-hati. Mereka tidak mencoba makanan baru, menghindari ular plastik, dan pada umumnya tidak menunjukkan rasa ingin tahu yang besar.

Menurut para peneliti ini sangat wajar dan masuk akal.

"Bayangkan Anda terjatuh di tengah hutan hujan, tidak bijaksana menyentuh semua tanaman. Apalagi memasukkannya ke mulut Anda," kata Dr Damerius dikutip dari New York Times, Selasa (12/12/2017).

Hal berbeda ditunjukkan oleh orangutan yang telah lama tinggal dengan manusia dan memiliki lingkungan yang relatif aman. Mereka jauh lebih mudah penasaran.

Mereka akan makan nasi ungu atau bubur kentang dan akan menyelidiki ular palsu.

Selanjutnya, para peneliti menggunakan berbagai tes kognitif yang mengharuskan mereka untuk mencari tahu bagaimana cara membuka kotak atau memasuki ruangan dengan jalan yang aneh untuk mendapatkan perawatan, dan berbagai tugas lainnya.

Dr Damerius mengatakan penelitian tersebut menunjukkan efek dari penangkaran, yaitu waktu yang dihabiskan di kebun binatang atau lingkungan aman lainnya, mendorong keingintahuan.

Selain itu, semakin muda orangutan bersama dengan manusia, semakin besar rasa penasaran mereka. Orangutan yang tumbuh di hutan tidak memiliki lonjakan rasa ingin tahu yang besar dibandingkan dengan orangutan yang berada di pusat rehabilitasi.

Baca Juga: Berlomba Menyelamatkan Kerabat Baru Orangutan

Hal ini menjelaskan bahwa rasa ingin tahu membantu dalam apa yang biasanya dianggap sebagai tes kecerdasan.

"Keingintahuan berkontribusi dalam pemecahan masalah. Ini meningkatkan kesempatan untuk belajar," ujar Dr Damerius.

Sebagai tambahan, spesies yang dianggap kurang penasaran ternyata cukup ingin tahu dalam situasi yang tepat. Jadi ini adalah masalah pengaruh lingkungan, bukan bawaan genetik.

Dr Damerius mengatakan itu cukup "mengejutkan" bahwa lingkungan yang berbeda dapat menimbulkan keingintahuan pada orangutan.

"Saya pikir ini tidak aktif, potensi tidak diwariskan," ungkapnya.

Dr Damerius menyebut bahwa temuan ini mungkin menimbulkan pertanyaan. Terutama terkait tentang apa artinya melepaskan orangutan ke habitat aslinya dengan rasa ingin tahu yang dimilikinya ke alam liar. Apa yang akan terjadi bila mereka bertemu ular asli di hutan? Bisa jadi, orangutan yang dianggap "cerdas" itu ternyata tak cerdik di alam dan mati oleh serangan ular.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau