Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kok Bisa Kecanduan Telepon Pintar Ganggu Keseimbangan Kimia Otak?

Kompas.com - 06/12/2017, 08:05 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –- Layar telepon pintar mungkin dapat diibaratkan seperti kekasih terdekat. Menjauhinya terasa sulit, apalagi jika sudah dilengkapi dengan akses internet.

Namun, seperti kekasih yang posesif, kecanduan telepon pintar dan internet tidak memberikan manfaat. Studi awal bahkan menyebutkan bahwa sikap itu dapat membahayakan keseimbangan kimia otak.

Penulis utama penelitian, Dr Hyung Suk Seo, seorang profesor neuroradiologi di Universitas Korea di Seoul, Korea Selatan, mendapati ketidakseimbangan bahan kimia pada otak remaja yang kecanduan internet dan telepon pintar.

Hal itu disampaikannya dalam pertemuan tahunan Perkumpulan Radiologi Amerika Utara di Chicago, Kamis (30/11/2017).

Baca juga : Begini Cara Ponsel Merusak Kesehatan Mental dan Fisik

Berdasarkan definisi Asosiasi Psikiatri Amerika, penggunaan internet berlebihan menyebabkan gangguan pada kehidupan sehari-hari, seperti ganguan tidur dan relasi sosial. Studi dari seluruh dunia pun telah menemukan bahwa tingkat kecanduan internet pada orang muda berkisar antara kurang dari 1 persen hingga 18 persen.

Saat proses penelitian, Seo dan koleganya melihat 19 otak remaja yang kecanduan internet dan telepon pintar. 19 orang remaja lain yang tidak kecanduan bertindak sebagai kelompok kontrol.

Perubahan komposisi otak dilihat menggunakan spektroskopi resonansi magnetik. Hasilnya? Terdapat kelebihan jumlah neurotransmiter yang disebut gamma-aminobutyric acid (GABA) di satu wilayah sistem limbik, yakni pusat kendali emosional otak.

GABA menghalangi neurotransmiter, yang berarti menghambat sel syaraf memancarkan gelombang otak. Sebetulnya, GABA ditemukan pada otak setiap orang. Namun, terlalu banyak di daerah yang salah dapat menyebabkan efek melemahkan.

Baca juga : Benarkah Media Sosial Bisa Picu Remaja untuk Bunuh Diri ?

Para partisipan menunjukkan kecanduan yang mengganggu rutinitas sehari-hari, tidur, hingga produktivitas. Mereka juga memiliki skor depresi, kegelisahan, insomnia dan impulsif yang jauh lebih tinggi daripada kelompok kontrol.

"Bila fungsi normal sistem limbik terganggu, pasien dapat mengalami kecemasan, depresi atau kecanduan," kata Dr Max Wintermark, seorang profesor radiologi dan kepala neuroradiologi di Stanford University yang tidak terlibat dalam peneletian.

"Ada beberapa penelitian yang menghubungkan kecanduan alkohol dan zat lainnya dengan ketidakseimbangan kimia di berbagai wilayah otak, tetapi ini adalah studi pertama yang saya baca tentang kecanduan internet" imbuhnya.

Kabar baiknya, ketidakseimbangan komposisi kimiawi otak bisa dipulihkan dalam beberapa minggu. Caranya dengan mengikuti psikoterapi yang disebut terapi perilaku kognitif. Setelah mengikuti piskoterapi selama sembilan pekan, tingkat GABA para partisipan kembali normal.

"Dengan intervensi yang tepat, para remaja pada dasarnya bisa memperbaiki perubahan kimiawi itu di otak mereka," kata Wintermark.

Dia melanjutkan, itu adalah bagian dari studi yang saya anggap paling menarik, ini menunjukkan ada harapan.

Karena kecilnya sampel yang digunakan, masih terlalu dini untuk membuat kesimpulan ketidakseimbangan kimiawi otak terkait dengan kecemasan dan depresi. Untuk itu, penelitian lebih besar dibutuhkan guna mengonfirmasi temuan Seo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau