Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pembunuh Itu Orang yang Otaknya Rusak?

Kompas.com - 24/11/2017, 12:21 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com — Saat Charles Manson, pembunuh berdarah dingin sekaligus pemimpin pemujaan sebuah aliran, akhirnya meninggal. Banyak pihak yang bertanya-tanya apa sebenarnya isi otaknya.

Dorongan untuk "membongkar" isi otak adalah hal yang lumrah. Soalnya, perilaku Manson yang tidak stabil, penampilan aneh dengan tato swastika, kedekatan dengan legenda Hollywood, plus juga seorang pembunuh membuat orang berpikir jika ia memiliki otak yang aneh.

Namun, keinginan publik ini justru tidak serta merta diamini para ilmuwan.

Jens Foell, pakar neuropsikolog di Florida State University, mengungkapkan, meski hal itu layak dipelajari, ia tidak berharap menemukan sesuatu yang tidak biasa di balik tengkorak Manson.

Ia beralasan, tindakan kriminalitas terjadi karena banyak faktor, bukan melulu soal adanya permasalahan pada otak seseorang.

Kerusakan Otak

Memang, kerusakan otak pada seseorang bisa jadi salah satu faktor yang memicu perilaku kekerasan.

Namun, pakar hubungan otak dan perilaku ini menuturkan, jika memang perilakunya dipicu karena kerusakan otaknya, kelainan itu harusnya sudah jauh-jauh hari ditemukan.

"Sementara tidak pernah terdengar jika dia memiliki semacam kerusakan otak, atau tumor dan sejenisnya yang berhubungan dengan perilaku kekerasan," kata Foell.

Jadi, tidak ada alasan khusus yang mengarah adanya cacat di otak Manson. Jikapun ada, Foell berpendapat tumor paling tidak sudah bisa terdeteksi dalam kurun 40 tahun Manson berada di penjara.

Baca Juga: Untuk Semua Orangtua, Pola Asuh Salah Bakal Picu Anak Jadi Psikopat

Foell lantas membandingkannya dengan kasus yang ditemukan pada Charles Whitman, seorang pembunuh legendaris.

Pada tahun 1966, Whitman, penembak jitu dan veteran marinir, mendatangi psikiater dan mengeluhkan fantasinya soal kekerasan.

Kemudian tepat tengah malam, pada 1 Agustus 1966, ia membunuh ibunya, mencuci tangannya, dan menulis sebuah catatan yang mengungkapkan penyesalan atas tindakannya.

Lantas ia membunuh istrinya, menikamnya lima kali.

"Saya mencintainya, tetapi saya tidak dapat secara rasional menjelaskan alasan spesifik mengapa melakukan tindakan itu," katanya dalam sebuah pernyataan yang dimuat di The Washington Post.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com