YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dalam perayaan International Observe the Moon Night (InOMN) di Taman Pintar, Yogyakarta, kemarin malam (28/10/2017), pendiri Jogja Astro Club, Mutoha Arkanuddin, memberikan kuliah umum tentang Bulan dan InOMN.
Dia menjelaskan, InOMN yang dirayakan seluruh dunia bertujuan untuk memperkenalkan Bulan ke masyarakat lebih luas. Kegiatan semacam ini sudah dilakukan sejak 2009 lalu.
"InOMN bertujuan untuk mendorong observasi, apresiasi, dan pemahaman tentang bulan serta kaitannya dengan ilmu planet dan eksplorasi," kata Toha dalam kuliah umum yang disampaikanny di Taman Pintar, Yogyakarta.
Pria yang juga memprakarsai pembuatan planetarium di Taman Pintar, Yogyakarta, mengungkapkan setiap tahunnya acara InOMN selalu berubah tanggalnya. Antara bulan September atau Oktober.
BACA: Pertanyaan Terbesar tentang Bulan yang Belum Terjawab hingga Sekarang
Untuk menentukan tanggal InOMN, para astronom menentukan dan memilih saat bulan berada pada fase separuh. Di mana fase ini dapat melihat struktur yang ada pada bulan dengan sangat jelas.
"Kalau lihatnya saat purnama, justru permukaan bulan tidak dapat terlihat dengan jelas," sambung Toha.
Menurutnya, penting untuk masyarakat mengetahui tentang bulan.
"Saat kita melihat bulan, sebenarnya kita sedang mempelajari kehidupan," ujarnya.
Mulai dari menentukan perhitungan kalender, melihat pasang surut air laut, dan terpenting bulan merupakan tameng raksasa yang dimiliki bumi.
"Tanpa adanya bulan, bumi dapat dibombardir jutaan benda langit. Setiap detik, kita memiliki ancaman untuk terkena benda luar angkasa," jelas Toha.
BACA: Ada "Goa" di Permukaan Bulan, Mungkinkah Pindah ke Sana Sekarang?
Dia memberi contoh, seperti 26 juta tahun lalu, kepunahan dinosaurus bukan karena penyakit. Alasan utamanya karena kejatuhan benda luar angkasa yang lebarnya mencapai 10 km. "Kira-kira segunung merapi ya, sampai membuat punahnya 90% bumi," sambungnya.
Di sinilah fungsi astronom di luar angkasa. Salah satunya untuk mengabarkan adanya bahaya atau tidak. Serta kabar-kabar dari luar angkasa.
Dalam kesempatan itu, Toha pun menjelaskan tentang siklus gerhana matahari dan siklus gerhana bulan.
Dalam fase bulan, ada 9 rupa bulan yang dapat diamati manusia dari bumi. Mulai dari bulan mati, sabit (hari ke-3), kuartal pertama (hari ke-7), waxing gibbous (hari ke-11), full atau purnama (hari ke-14), wanning gibbous (hari ke-18), kuartar kedua (hari ke-21), crescent (hari ke-25), dan kembali ke bulan mati (hari ke-29).
Terakhir, Toha menjelaskan tentang peta bulan. Seperti di bumi, bulan juga memiliki gunung, laut, dan kawah. Semuanya pun sudah diberi nama.
Meski memiliki lautan, bulan tidak memiliki air. Laut di bulan merupakan pembentukan saat jutaan tahun lalu bulan terbentur benda langit dan aliran larvanya masuk ke bulan. Setelah dingin, hal itu menyerupai lautan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.