Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Anggap Remeh, Ikan Juga Bisa Mengalami Depresi Seperti Manusia

Kompas.com - 22/10/2017, 17:07 WIB
Gloria Setyvani Putri,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mungkinkah ikan bisa mengalami depresi atau stres? Pertanyaan semacam ini mungkin jarang terlintas di kepala Anda. Namun ternyata, teman kita yang berinsang ini juga bisa depresi layaknya manusia.

"Neurokimia (molekul organik yang terlibat dalam aktivitas sistem saraf) antara ikan dan manusia sangat mirip," kata Julian Pittman, seorang profesor dari Departemen Ilmu Biologi dan Lingkungan, Universitas Troy, Alabama, seperti dikutip dari New York Times, Senin (16/10/2017).

Profesor yang sedang berusaha mengembangkan obat baru untuk mengobati depresi dengan bantuan ikan zebra itu juga mengungkapkan bahwa ikan dapat memperlihatkan dengan jelas ketika mereka mengalami depresi

Dalam eksperimennya yang disebut novel tank test (tes tangki baru), ikan zebra yang diletakkan dalam tangki baru dapat diukur tingkat keparahan depresinya berdasarkan jumlah waktu ikan berenang di atas dan di dasar.

Jika dalam waktu lima menit, ikan berada di dasar permukaan tangki, hal itu menandakan dia depresi. Namun, jika ikan berenang di atas - kecenderungan menjelajahi lingkungan baru - hal itu berarti ikan tidak depresi.

BACA: Ternyata, Ikan Gupi Juga Punya Kepribadian seperti Manusia

Hal ini mungkin terdengar aneh bagi satu dari enam orang yang mengalami depresi klinis. Bagaimana mungkin ikan dapat merasakan apa yang dialami oleh pemiliknya? Apakah depresi kata yang tepat untuk menggambarkan hal ini?

Pasalnya, meski para ilmuwan telah menggunakan hewan seperti tikus untuk mempelajari masalah emosional manusia selama beberapa dekade, relevansi model tersebut dengan pengalaman yang dialami manusia cenderung samar.

"Masalah yang jelas ada adalah kami tidak dapat bertanya pada hewan bagaimana perasaan mereka," ujar Dr Diego A Pizzagalli, direktur Pusat Depresi, Kecemasan, dan Riset Stres di Harvard Medical School.

Dr Pizzagalli lalu berkata bahwa walaupun para peneliti dapat menemukan gejolak serotonin dan dopamin yang paralel, tetapi ikan dan tikus tidak bisa "menangkap seluruh spektrum depresi seperti yang kita ketahui."

Meski demikian, salah satu hal yang meyakinkan Dr Pittman dan peneliti ikan lain selama sepuluh tahun terakhir adalah melihat bagaimana ikan zebra yang kehilangan minat pada semua hal, termasuk makanan, mainan, dan eksplorasi. Hal ini sangat mirip seperti manusia yang mengalami depresi klinis.

BACA: Fosil Ikan Aneh Tulis Ulang Sejarah Evolusi Hewan Berkaki Empat

"Anda tahu, manusia yang mengalami depresi cenderung menjadi penyendiri. Hal yang sama juga terjadi pada ikan," ujar Culum Brown, seorang ahli biologi perilaku di Macquarie University, Sydney, yang telah menerbitkan lebih dari 100 makalah terkait kondisi ikan.

"Pemicu terbesar depresi ikan kemungkinan karena tidak ada rangsangan," sambung Victoria Braithwaite, seorang profesor perikanan dan biologi di Penn State University yang mempelajari preferensi ikan dan kecerdasan ikan.

Dia melanjutkan, salah satu hal yang kami temukan adalah ikan secara alami penasaran dan mencari hal baru.

Dengan kata lain, jika ikan menjadi pasif, kemungkinan besar dia merasa bosan. Untuk membantu mengatasi depresi tersebut, Dr Braithwaite menyarankan untuk mengenalkan benda baru dalam tangki akuarium dan memindahkan barang-barang yang ada di dalamnya.

Dr Brown setuju dengan hal tersebut. Sesuai dengan eksperimen yang dilakukannya, jika pemilik meninggalkan ikan di lingkungan yang kaya, seperti banyak tanaman yang dapat digigit atau ada sarang untuk berenang, hal itu akan mengurangi stres ikan.

Selain itu, ukuran tangki akuarium juga berpengaruh. akuarium kecil tidak hanya memberi batasan bagi ikan untuk mengeksplorasi lingkungannya. Namun, kualitas air di dalam tangki akuarium yang kecil cenderung tidak stabil dan tidak memiliki cukup oksigen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com