Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Alat Kontrasepsi Pria Tak Sebanyak Wanita?

Kompas.com - 03/10/2017, 21:46 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com –- Alat kontrasepsi digunakan untuk merencanakan kehidupan keluarga dan menghindari penyakit infeksi menular seksual. Namun sayangnya, mayoritas alat kontrasepsi tampaknya hanya ditujukan kepada wanita.

Prof. Dr. Biran Affandi, SpOG(K), FAMM mengatakan, sebetulnya alat kontrasepsi juga ditujukan kepada pria. Namun, jenisnya tak sebanyak yang untuk wanita.

“Untuk pria, alat kontrasepsi hanya 2 macam, kondom dan vasektomi,” kata Biran dalam acara “Pentingnya Akses Informasi dan Edukasi Bagi Generasi Muda Terkait Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana” oleh Bayer Indonesia di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (3/10/2017).

(Baca juga: Manfaat Kontrasepsi Selain Menunda Kehamilan yang Harus Anda Tahu)

Untuk wanita, alat kontrasepi tersedia dalam beberapa jenis, di antaranya pil KB, suntik, implan, intrauterine device (IUD), dan kondom wanita.

Sementara itu, alat kontrasepsi pria lainnya masih dalam tahap penelitian.

Menurut Biran, pil KB pria bisa digunakan untuk mencegah masuknya sperma ke rahim. Namun, risikonya cukup besar.

“Pernah kami melakukan penelitian pil KB gossypol. Efek sampingnya adalah hipokalemia yang bikin orang lemas. Yang bertulang saja lemas, apalagi tidak bertulang,” ucap Biran. Jika itu tetap digunakan, Biran menyebutkan bahwa gossypol dapat mengganggu tujuan awal dari alat kontrasepsi, yakni membuat keluarga bahagia dan sejahtera.

(Baca juga: Bolehkah Penderita Penyakit Jantung Mengonsumsi Viagra?)

Hingga kini, berbagai macam penelitian tengah dikembangkan terhadap alat kontrasepsi lain untuk pria. Namun, penelitannya termasuk berjalan lambat.

Meski demikian, Biran menegaskan bahwa penggunaan alat kontrasepsi sangat diperlukan untuk menunjang kesehatan.

Dia mengatakan, sebuah penelitian pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 51 persen masyarakat kota telah melakukan hubungan seksual. Jumlahnya tak berbeda jauh untuk di desa dengan besaran 40 persen.

Guru Besar Ilmu Obtetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menambahkan, pihaknya pernah memberikan pelatihan kepada guru Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di sejumlah provinsi. Diharapkan, para guru dapat memberikan pengetahuan terkait kesehatan reproduksi kepada siswanya.

“Kami berikan juga bukunya. Ya, lebih baiknya jangan melakukan hubungan seksual sebelum menikah,” kata Biran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau