Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekstrem, Bayi Orangutan Menyusu Selama 8 Tahun

Kompas.com - 19/05/2017, 09:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

Sumber The Verge

KOMPAS.com -- Anda mungkin akan merinding bila mendengar anak berusia delapan tahun masih menyusu kepada ibunya. Namun, hal ini merupakan sesuatu yang alami dalam dunia orangutan.

Hewan yang endemik di Malaysia dan Indonesia ini menyusu setidaknya selama delapan tahun dan merupakan pemegang rekor menyusui di dunia mamalia.

Dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, para peneliti menulis bahwa dengan menyusu selama delapan tahun, orangutan muda bisa memenuhi semua kebutuhan nutrisinya walaupun makanan lain sulit ditemukan.

“Sejarah kehidupan mereka memang lambat,” kata Cheryl Knott, rekan dosen antropologi di Boston University seperti yang dikutip dari The Verge 17 Mei 2017. Dengan metabolisme yang lebih lambat dari primata lainnya, orangutan bereproduksi di usia yang lebih tua dan menyusui lebih lama.

(Baca juga: Studi Luruskan Anggapan Salah Manusia tentang Perilaku Orangutan)

Sebenarnya, para peneliti telah lama menduga bahwa orangutan menyusui bayinya selama bertahun-tahun. Namun, bukti yang pasti sulit ditemukan karena perilaku tersebut dilakukan di area yang tersembunyi seperti di atas pohon atau di malam hari. Oleh karena itu, para peneliti pun memutuskan untuk mencari buktinya pada gigi.

“Gigi adalah penyimpanan data biologis yang melaporkan apa yang terjadi pada tubuh Anda setiap hari,” kata penulis studi Christine Austin yang juga rekan postdoctoral di Icahn School of Medicine.

Bersama koleganya, Christine mengumpulkan empat gigi orangutan liar yang ditembak oleh kolektor dan disimpan di Humboldt Museum in Berlin, State Anthropological Collection di Munich, dan Harvard University Museum of Comparative Zoology.

(Baca juga: Menelusur Jejak Orangutan di Koridor Labian Leboyan)

Mereka lalu memotong dan menguapkan gigi tersebut menggunakan laser untuk mendapatkan material yang dapat dianalisa.

Salah satu senyawa kimia yang dikalkulasi dari material tersebut adalah barium yang didapatkan dari air susu. Dengan menghitung banyaknya barium yang tersimpan dalam gigi, para peneliti mampu memprediksi perilaku menyusui dari keempat spesimen tersebut.

Menurut para peneliti, orangutan hanya minum susu pada tahun pertama mereka. Lalu, pada tahun kedua dan seterusnya, jumlah barium menurun dan menunjukkan bahwa mereka mulai makan daun dan buah di samping susu.

Akan tetapi, terkadang anak orangutan kembali menyusu lebih banyak walaupun telah berusia lebih dari setahun. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh kelangkaan makanan yang memaksa anak orangutan untuk lebih banyak minum susu.

(Baca juga: Inilah Nama Baru untuk Orangutan Albino dari Kalimantan)

Selain memastikan dugaan yang ada sebelumnya, Knott berkata bahwa informasi ini dapat digunakan oleh para ilmuwan dalam upaya pencegahan kepunahan orangutan.

Menurut dia, salah satu faktor yang mengancam eksistensi orangutan adalah waktu reproduksi yang lambat. Seekor orangutan betina bisa menunggu hingga 10 atau 15 tahun untuk bereproduksi dan hanya melahirkan sekali dalam lima atau 10 tahun.

Dengan lebih mengerti mengenai pola menyusui pada orangutan dan pengaruh lingkungan terhadap perilaku tersebut, para ilmuwan akan semakin mampu melindungi orangutan dari kepunahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau