Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasakan Suhu Lebih Dingin Belakangan Ini? BMKG Uraikan Sebabnya

Kompas.com - 04/08/2017, 18:44 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com –Apakah Anda merasa suhu malam hari pada beberapa waktu belakangan lebih dingin dari biasanya?

Warga Yogyakarta mengeluhkan suhu yang lebih dingin dari biasanya itu di media sosial. Ada apa sebenarnya?

Data Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) rupanya mengonfirmasi keluhan itu, Suhu pagi hari di Yogyakarta belakangan mencapai 18 derajat Celsius.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo, mengungkapkan, kondisi itu sebenarnya normal terjadi pada musim kemarau. 

Ia mengatakan, saat musim kemarau, cuaca yang cerah pada siang hari menyebabkan potensi terjadinya hujan menjadi minim.

Selain itu, secara global, wilayah Yogyakarta dan sekitarnya juga dipengaruhi oleh kedatangan angin dari Australia yang cukup dominan masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Apa Akibatnya jika Kita Terus-terusan Mengonsumsi Dumolid dan Benzo?

Angin yang datang tak membawa uap air. Jadi, potensi pertumbuhan awan pemicu hujan semakin kecil.

Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah perbedaan suhu siang dan malam yang lebih besar dari biasanya.

Saat siang yang cerah, bumi akan menerima radiasi panas matahari lebih banyak sehinga suhu terasa lebih tinggi. Warga akan merasa gerah.

Sebaliknya, karena tak ada awan, bumi akan lebih cepat melepaskan panas yang diterima ke atmosfer saat malam.

“Makanya akan menjadi lebih dingin dibandingkan kondisi biasanya,” kata Mulyono saat dihubungi Kompas.com, Jumat (4/8/2017).

“Sama halnya ketika gerah. Kita biasanya suka melepas baju, pada saat itu suhu badan kita lepas ke udara. Suhu badan kita menjadi turun. Itu contoh sederhananya,” ucap Mulyono.

Baca Juga: 5 Obat Psikotropika yang Paling Sering Disalahgunakan

Mulyono menuturkan, hal serupa juga terjadi di daerah perkebunan kentang di tinggi Dieng, Jawa Tengah.

Saat musim kemarau, pada pagi hari sering terjadi embun es yang membeku. Kentang akan menjadi layu karena air di dalam sel tanaman menjadi beku.

Saat siang hari, embun tersebut mencair. Sayangnya, hal itu membuat kentang menjadi busuk sehingga memicu gagal panen.

Menurut Mulyono, perbedaan suhu seperti yang terjadi di Yogyakarta dan Dieng juga dialami daerah lain.

Dengan adanya angin dominan dari Australia, perbedaan suhu siang dan malam lebih besar juga terjadi di Jawa bagian timur, Nusa Tenggara Bara, dan Nusa Tenggara Timur.

Terlebih, Jawa bagian timur juga memiliki gunung Bromo dan gunung Tengger. Di daerah tersebut, suhu pada pagi hari bisa mencapai 10 derajat celcius.

“Daerah tinggi kemungkinan bisa dibawah 18 derajat celcius, bisa 10 derajat celcius,” kata Mulyono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau