Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Akibatnya jika Kita Terus-terusan Mengonsumsi Dumolid dan Benzo?

Kompas.com - 04/08/2017, 11:48 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

KOMPAS.com – Penggunaan benzodiazepin atau obat penenang jamak dilakukan. Kegunaanya pun beragam.

Benzo, penyebutan untuk benzodiazepin, memiliki beragam jenis, salah satunya dumolid yang berfungsi sebagai obat tidur. Jenis lainnya adalah Alprazolam dan Clobazam sebagai pengobat kecemasan.

Pada Kamis (3/8/2017) pukul 10.00 WIB, artis peran Tora Sudiro bersama istrinya, Mieke Amalia ditangkap polisi di kediamannya. Kepolisian juga menyita 30 butir obat Dumolid. Setelah melakukan tes urin, Tora dan Mieki dinyatakan positif mengandung Benzo.

Dr Andri SpKJ mengatakan, penggunaan Benzo sebenarnya sangat bermanfaat. Misalnya, Diazepam, salah satu jenis Benzo, berguna untuk mengobati kejang pada anak. Namun, benzo tidak dapat dikonsumsi sembarangan.

Baca Juga: Ditemukan dalam Penangkapan Tora Sudiro, Apa Sebenarnya Dumolid?

Andri mengatakan, konsumsi Benzo dalam jangka panjang akan berakibat ketergantungan. Berdasarkan pengalamannya saat praktik, tak sedikit Andri mendapati pasien yang telah lama menggunakan dumolid untuk insomnia.

Tak cuma ketergantungan, penggunaan benzo secara berlebih juga akan mengganggu daya pikir. Bila telah dikonsumsi dalam jangka panjang, lalu penggunaannya diputus secara tiba-tiba, efeknya pun bisa parah.

"Panas dingin, tidak bergairah, depresi, cemas, tidak bisa tidur,” ucap Andri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (3/8/2017).

Menurut Andri, kebanyakan penggunaan benzo secara tunggal, tanpa disertai obat lainnya, durasinya tak lebih dari empat minggu.

Dokter umum pun, kata dia, tidak berani memberikan benzo lebih dari empat minggu kepada pasien. Lewat dari batas waktu tersebut, benzo hanya berhak diresepkan oleh psikiater. Selain itu, psikiater dapat menggunakan benzo bersama obat antidepresi dan atau obat antipsikotik.

Baca Juga: Dumolid Bukan Narkotika, Kenapa Tora Sudiro Ditangkap Karenanya?

Untu dumolid, Andri mengaku sudah tak lagi menggunakan obat tersebut sekitar tiga tahun. Menurutnya, dumolid sudah jarang ditemukan di apotik dan rumah sakit resmi.

Penyalahgunaan obat penenang sebenarnya bukan hal baru. Andri bercerita, sekitar era 70-80an, terkenal obat bernama mugadon. Obat penenang tersebut juga dikenal sebagai obat beler.

“Efek utamanya buat tidur. Cuma ada efek lain yang disalahgunakan. Misalnya dalam tempo dosis besar. Efeknya keluar rasa berani, jadi percaya diri,” kata Andri.

Andri berharap pengawasan terhadap obat penenang dapat diperketat. Pasalnya, masyarakat awam cukup mudah mendapatkan obat penenang secara daring.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau