Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Keindahan Senja Berbeda-beda?

Kompas.com - 03/11/2013, 21:14 WIB

KOMPAS.com - Pada sebuah malam musim gugur di Washington D.C, langit yang merah menyala menginspirasi banyak orang untuk mengambil kamera. Peristiwa itu memunculkan satu pertanyaan: Mengapa terkadang suatu senja begitu indah, sementara senja yang lainnya tampak biasa saja?

Kami bertanya kepada Stephen Corfidi, meteorolog dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang menulis latar belakang ilmiah di balik senja yang penuh warna, untuk membantu kita memahami lebih jelas.

Sederhananya, apa yang membuat senja yang indah terjadi?

Tergantung bagaimana Anda mendefinisikan "indah", tetapi saya asumsikan, yang Anda maksud indah adalah senja yang penuh warna, di mana warnanya sangat jernih, misalnya oranye atau merah, bukan warna yang lebih kalem.

Perlu diingat bahwa apa yang kita lihat dengan mata manusia hanyalah sebagian kecil dari radiasi elektromagnetik yang dipancarkan Matahari. Radiasi ini mengandung spektrum panjang gelombang yang sangat luas, tetapi mata Anda hanya sensitif terhadap bagian tertentu saja: atau yang disebut dengan panjang gelombang-tampak. Warna yang berbeda berkaitan dengan panjang gelombang yang berbeda.

Dan, tergantung pada apa yang terjadi pada cahaya sebelum ia tiba di mata Anda, beberapa panjang gelombang-tampak itu bahkan tidak mencapai mata. Sebagian darinya diserap dan disaring di atmosfer.

Jadi, ada senja yang sangat indah setiap malam menjelang; tetapi kita tidak selalu bisa melihatnya dari daratan. Anda mungkin menyadari ini jika Anda berada di pesawat terbang saat melihat matahari terbenam. Mungkin senja tak terlihat istimewa dari darat, langit hanya berwarna putih kemerahan karena Anda masih berada di dalam "lapisan batas" atmosfer. Di sinilah di mana sebagian besar partikel ditangkap, misalnya debu dan polusi. Tetapi, dengan semakin mendekatnya pesawat terbang ke lapisan batas, ke udara yang lebih jernih, tiba-tiba senja terlihat semakin cerah. Itu hanyalah masalah perspektif.

Oke, mari kita bicarakan soal perspektif penduduk bumi. Mengapa kita melihat lebih banyak warna oranye dan merah di langit saat matahari terbit dan terbenam dibandingkan dengan saat lain pada hari tersebut?

Saat pancaran sinar matahari menghantam molekul di atmosfer, apa yang disebut dengan "penghamburan cahaya" terjadi, mengirimkan beberapa panjang gelombang ke berbagai arah. Ini terjadi jutaan kali sebelum sinar tersebut tiba di mata Anda saat matahari terbenam.

Dua molekul utama di udara, oksigen dan nitrogen, sangat kecil dibandingkan dengan panjang gelombang sinar matahari yang datang--sekitar seribu kali lebih kecil. Itu berarti bahwa mereka lebih cenderung menyebarkan panjang gelombang terpendek, yakni biru dan ungu. Pada dasarnya, inilah alasan mengapa langit siang hari berwarna biru. Langit di siang hari sebenarnya terlihat ungu bagi manusia kalau saja sensitivitas mata kita tidak memuncak di bagian tengah spektrum (hijau), warna ini lebih dekat ke biru dibandingkan ungu.

Tetapi saat matahari terbenam cahaya membutuhkan jalan yang lebih panjang melalui atmosfer sampai ke mata Anda dibandingkan dengan siang hari saat matahari berada tepat di atas kepala. Dan ini cukup untuk membuat perbedaan besar pada mata kita. Artinya, sebagian besar warna biru telah terpencar/terhambur sebelum sinar mencapai mata kita. Warna biru tersebut bisa saja berada di pesisir Barat, meninggalkan sejumlah warna oranye dan merah yang disproporsional saat cahaya tersebut mencapai pesisir Timur.

Berarti, orang-orang Timur mendapatkan sisa-sisa sinar dari yang didapat orang-orang di Barat saat matahari terbenam?

Ya, namun saya pikir banyak orang yang tidak menyadarinya. Semua saling terhubung. Dan sebagai manusia, kita tidak melihat warna sebagai hal yang pasti: "Oh, itu langit yang biru," atau "Itu meja berwarna cokelat". Tetapi, warna yang Anda lihat bergantung pada jalur yang ditempuh sinar sebelum ia tiba pada Anda, bagaimana objek yang Anda lihat merefleksikan sinar tersebut, dan warna apa yang sensitif bagi mata Anda. Keabsolutan tidak terjadi pada persepsi warna.

Apakah debu dan polusi udara membuat matahari terbenam lebih dramatis?

Tidak. Anda sering mendengarnya, tetapi dengan asumsi bahwa yang Anda maksud adalah polusi umum di atmosfer bawah, itu hanyalah mitos. justru sebaliknya: Partikel besar di atmosfer bawah cenderung berwarna pucat dan kotor karena mereka menyerap lebih banyak sinar dan menyebarkan seluruh panjang gelombang lebih kurang sama banyaknya, jadi Anda tidak mendapatkan efek penyaringan dramatis. Di kawasan yang banyak kabut, Anda umumnya tidak melihat tipe matahari terbenam seperti yang bisa kita lihat pada kalender, atau misalnya seperti foto-foto di National Geographic.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com