Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nelayan Penyelamat Terumbu Karang

Kompas.com - 15/03/2013, 03:21 WIB

Nelayan Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, sebenarnya sosok yang sederhana. Namun, mereka mampu mengembalikan kawasan terumbu karang di Selat Bali yang rusak untuk kehidupan berbagai jenis ikan hias. Sebab, di situlah mereka bergantung sebagai pencari ikan hias. Siwi Yunita Cahyaningrum

Namun, yang patut dipuji adalah langkah untuk mengembalikan lingkungan tempat tinggal, yang sekaligus juga tempat usaha mereka, sama sekali tidak mengandalkan bantuan pemerintah. Mereka melakukannya bersama-sama secara swadaya dan swadana.

Padahal, sebagai nelayan pencari ikan hias, penghasilan mereka rata-rata tak lebih dari Rp 50.000-Rp 100.000 per hari. Namun, mereka mau menyisihkan penghasilan yang pas-pasan, serta waktu saat mereka tak melaut, untuk menyelamatkan kawasan terumbu karang.

Bicara soal penyelamatan kawasan terumbu karang di Selat Bali, tentu tak bisa jika tidak menyebut nama Ikhwan Arief, yang menjabat Ketua Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti Desa Bangsring. Ikhwan-lah tokoh yang memprakarsai penanaman kembali terumbu karang yang pernah rusak akibat usaha penangkapan ikan yang salah, di antaranya menggunakan bom.

”Sejak tahun 1970-an, penangkapan ikan menggunakan bom dan bahan kimia marak terjadi. Akibatnya, terumbu karang di kawasan ini rusak. Waktu itu, angka kerusakan terumbu karang mencapai 82,5 persen dari 140 kilometer Selat Bali,” kata Ikhwan, awal Maret lalu.

”Demplot” restorasi

Menurut dia, secara rutin sejak tahun 2008, nelayan Desa Bangsring, bersama dengan lembaga swadaya masyarakat pemerhati lingkungan, yaitu Pelangi Indonesia dan Pilang, mencoba menyelamatkan kawasan terumbu karang tersebut. Langkahnya dilakukan dengan memperbaiki ekosistem laut yang rusak melalui penanaman bibit terumbu karang.

Penanaman bibit terumbu karang dilakukan dengan cara merestorasi bibit karang di lokasi uji coba, yang disebut demonstration plot (demplot), untuk dapat menjadi terumbu karang.

Pertama, mereka membuat demplot-demplot terumbu karang yang terbuat dari pipa paralon yang disambung-sambung dengan membentuk bujur sangkar. Selanjutnya, di bagian tengah setiap demplot yang berbentuk bujur sangkar itu dipasang senar atau kawat baja secara vertikal dan horizontal seperti jaring. Kemudian, di setiap titik temu senar itulah dipasangi pot semen yang sudah ditanami bibit terumbu karang.

Bibit-bibit terumbu karang tersebut lalu ditanam di bawah laut agar bisa berkembang. Nelayan membawa bibit terumbu itu ke tengah laut dan memasangnya di dalam laut. Biasanya, cara ini dilakukan di laut yang tak terlalu dalam. Untuk menyelam ke laut dan memasang demplot-demplot yang sudah ditempeli bibit terumbu karang, nelayan menggunakan peralatan sederhana.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau